Monday, December 8, 2014

Sekolahku Oh Sekolahku

Nur Rofiqoh

Ketika kita berbicara tentang Sekolah Luar Biasa atau SLB, sudah pasti fikiran kita langsung tertuju pada anak- anak yang memiliki kebutuhan khusus. SLB yang ideal adalah SLB yang sarana dan prasarananya disesuaikan dengan kebutuhan anak, sehingga nantinya anak dapat mengembangkan dirinya secara optimal dengan kekurangan yang dimilikinya. Itu adalah sedikit gambaran SLB yang ideal. Jika kita lihat keadaan sebenarnya di Indonesia, gambaran SLB yang ideal masih jauh dari penerapannya. Dari beberapa SLB yang pernah saya kunjungi, sarana dan prasarananya masih jauh dari kata ideal.
Di kota asal saya, kota Kebumen ada salah satu SLB yang pernah saya kunjungi. SLB tersebut bersebelahan dengan SD dan SMP negeri (sekolah formal pada umumnya). Yang membuat saya prihatin adalah kondisi sekolahnya yang bisa dikatakan kurang layak. Di sekolah tersebut, anak- anak dengan berbagai macam kekurangan dijadikan satu. Padahal seharusnya dipisah sesuai dengan kekurangan masing- masing anaknya. Dengan begitu perkembangan anak- anak benar- benar optimal. Selain itu, anak- anak yang bersekolah di sana kurang diperhatikan oleh orang tua mereka. Sebagian besar dari anak- anak tersebut lebih banyak diantar jemput oleh tukang becak.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi yang pernah saya temui di Semarang. Salah satu SLB yang pernah saya kunjungi juga memiliki kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. SLB tersebut hanya terdiri dari dua kelas dengan satu ruang kepala sekolah merangkap ruang guru. Ukuran ruang kelasnya pun terbilang kecil. Anak- anak dengan berbagai macam kekurangan dijadikan satu, tidak dipisah sesuai dengan kekurangan masing- masing. Guru- gurunya pun masih memiliki kekurangan dalam hal kompetensinya. Sehingga kurang maksimal dalam membantu perkembangan anak- anak tersebut. Kepala sekolahnya juga memiliki kekurangan dalam fungsi salah satu panca indranya. Kepala sekolah tersebut merupakan seorang yang tunanetra. Akan tetapi tunanetra yang diderita masih dalam tahap rendah. Beliau masih bisa melihat, hanya saja tidak maksimal. Saya hanya berharap, pemerintah memberi perhatian yang lebih pada SLB yang ada di Indonesia.

No comments:

Post a Comment