Nur Rofiqoh
Ketika kita berbicara
tentang Sekolah Luar Biasa atau SLB, sudah pasti fikiran kita langsung tertuju
pada anak- anak yang memiliki kebutuhan khusus. SLB yang ideal adalah SLB yang
sarana dan prasarananya disesuaikan dengan kebutuhan anak, sehingga nantinya
anak dapat mengembangkan dirinya secara optimal dengan kekurangan yang
dimilikinya. Itu adalah sedikit gambaran SLB yang ideal. Jika kita lihat keadaan
sebenarnya di Indonesia, gambaran SLB yang ideal masih jauh dari penerapannya.
Dari beberapa SLB yang pernah saya kunjungi, sarana dan prasarananya masih jauh
dari kata ideal.
Di kota asal saya, kota
Kebumen ada salah satu SLB yang pernah saya kunjungi. SLB tersebut bersebelahan
dengan SD dan SMP negeri (sekolah formal pada umumnya). Yang membuat saya
prihatin adalah kondisi sekolahnya yang bisa dikatakan kurang layak. Di sekolah
tersebut, anak- anak dengan berbagai macam kekurangan dijadikan satu. Padahal
seharusnya dipisah sesuai dengan kekurangan masing- masing anaknya. Dengan
begitu perkembangan anak- anak benar- benar optimal. Selain itu, anak- anak
yang bersekolah di sana kurang diperhatikan oleh orang tua mereka. Sebagian
besar dari anak- anak tersebut lebih banyak diantar jemput oleh tukang becak.
Tidak jauh berbeda
dengan kondisi yang pernah saya temui di Semarang. Salah satu SLB yang pernah
saya kunjungi juga memiliki kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. SLB tersebut
hanya terdiri dari dua kelas dengan satu ruang kepala sekolah merangkap ruang
guru. Ukuran ruang kelasnya pun terbilang kecil. Anak- anak dengan berbagai
macam kekurangan dijadikan satu, tidak dipisah sesuai dengan kekurangan masing-
masing. Guru- gurunya pun masih memiliki kekurangan dalam hal kompetensinya. Sehingga
kurang maksimal dalam membantu perkembangan anak- anak tersebut. Kepala
sekolahnya juga memiliki kekurangan dalam fungsi salah satu panca indranya.
Kepala sekolah tersebut merupakan seorang yang tunanetra. Akan tetapi tunanetra
yang diderita masih dalam tahap rendah. Beliau masih bisa melihat, hanya saja
tidak maksimal. Saya hanya berharap, pemerintah memberi perhatian yang lebih
pada SLB yang ada di Indonesia.
No comments:
Post a Comment