Thursday, December 11, 2014

Sekolah

Okven Pratama P

“Apa yang ada dibenak anda jika mendengar kata sekolah?” Tanyaku.
Seorang muda itu menjawab. “Bangunan-bangunan kokoh dengan pagar yang kokoh pula dan banyak peraturan. Duh malesin Kakanda.”
Mungkin itu kesan beberapa anak yang berfikir tentang sekolah.
Ayo kita samakan persepsi dulu jika kalian setuju dengan jawaban anak muda itu, pastinya masa sekolah kalian kurang dinikmati, sebagaimana yang kita tahu sekolah adalah salah satu tempat belajar dengan segudang fasilitas penunjang kegiatan belajar. Dimana anak-anak anda menghabiskan separuh waktunya untuk memperoleh gizi pengatahuan dan tentunya sebagai media untuk mengembangkan berbagai keunikan yang mereka miliki. Di ibaratkan sekolah adalah keluarga eksternal selain di rumah karena, di sekolah anak-anak bisa bermain dan bersosial dengan sesama rekan peserta didik lainnya tentu saja di payungi oleh guru sebagai orang tua pengganti mereka.

Kadang kita sedikit menyepelekan tentang peraturan sekolah yang ketat. Banyak sekolah selalu mengagungkan kedisiplinan, anggapan saya begini bahwa anak yang baik dan penurut adalah anak yang mematuhi peraturan dan baik tentunya tidak bersikap nakal. Ini mau menciptakan mesin penurut atau apa? Aggapan ini seperti tidak sejalan dengan yang saya rasakan jika sekolah ingin menciptakan peserta didik penurut rasanya sangat tidak asik karena, gerakan-gerakan revolusioner bisa saja berasal dari anak-anak yang nakal, lagian sekolah adalah tempat mencari ilmu dimana sebagai salah satu wadah sekolah haruslah memberikan kenyaman bagi peserta didik sehingga mereka merasakan kenyamana seperti ketika dirumah dan sisi positifnya mungkin pengetahuan yang didapatkannya akan mudah masuk dan memberikan manfaat untuk dirinya dan kehidupan.

Bukan maksud saya menilai sekolah yang memiliki tata tertib level dewa itu kurang tepat. Disiplin memang bagus tetapi, kalau tata tertib menyebabkan peserta didik merasa tidak nyaman di sekolah dan hasrat dipikirannya terus dipenuhi rasa ingn cepat-cepat pulang kerumah tentu ini tidak bagus untuk kelangsungan peserta didik tersebut. Contohnya saja setiap hari senin, dalam benak hati terdalam pasti akan mengatakan “Ha... senin lagi, upacara lagi.”

Setiap senin pagi, pelajar di sekolah dituntut untuk melakukan upacara bendera untuk menghormati jasa pahlawan yang telah berjasa atas kemerdekaan Indonesia. Baik memang, tetapi rasanya kaku saja melihat setiap hari senin harus ikut upacara bendera, rasanya lebih asik kalau diganti setiap hari senin bisa berkunjung ke makam pahlawan berdoa bersama untuk menghormati mereka, tentunya dengan mekanisme yang pas contohnya minggu ini anak kelas 10 dan 13 dirolling begitu seterusnya. Bagi yang belum dapat jatah mungkin bisa menyiapkan Jungle musik lagu-lagu nasional karyanya masing-masing atau membaca Puisi-puisi dan lomba gambar nasionalisme, dan ide-ide lainnya. Agar benak peserta didik tidak merasa bosan ketika mengikuti upacara bendera pada hari senin. Terlebih lagi pasti ada salah satu peserta didik yang tidak lengkap dalam menggunakan atribut semacam tpoi atau dasi ketika upacara bendera, guru-guru akan mengkondisikan peserta didik yang tidak lengkap tersebut lalu biasanya akan diberikan hukuman setimpal atas keteledoran mereka.
Hal-hal seperti yang dapat mengubah pola pikir peserta didik jadi malas untuk dapat ikut upacara hari senin. Saya pikir adanya peraturan bukan untuk membuat peserta didik menjadi tidak nyaman ke sekolah, peraturan di sekolah haruslah bisa menempatkan posisinya untuk kenyaman peserta didik di sekolah agar mereka bisa nyaman seperti halnya berada di rumah sehingga proses dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dapat maksimal.   

Sumber gambar : http://rofalina.com/2013/11/sekolah-penjara-merusak-anak.html.

   

No comments:

Post a Comment