Thursday, October 30, 2014

Dari Pendekatan Konvensional ke Saintifik

Ade Romadoni

Mengenai sebuah pendekatan yang ada pada sistem pembelajaran dari waktu kewaktu senantiasa mengalami perubahan. Perubahan tersebut dikarenakan tuntutan pembelajaran dan kebutuhan yang dibutuhkan siswa untuk mengembangkan potensinya belajarnya. Peran pemerintah dari hal ini adalah menciptakan dan membaca sebuah kebutuhan tersebut untuk dituangkan dalam sebuah kurikulum dalam kaitannya untuk mensukseskan sistem pendidikan Indonesia.
Pertama yang kita kenal adalah pendekatan konvensional. Pendekatan ini menitik beratkan pada proses menghafal dan mengasah daya ingat yang tinggi, namun dari segi eksplorasi pengetahuan sangatlah terbatas karena siswa hanya dituntut mahir dalam menghafal. Menghafal sendiri dilihat dari sisi kognitif sangatlah rentan dalam hal lupa, karena otak manusia akan cepat penuh dengan hanya hafalan-hafalan dan ingatan yang telah tertimbun lama untuk dimunculkan kembali membutuhkan pancingan terlebih dahulu. Ingatan yang telah tertimbun dan masuk dalam long term memory terkadang cepat hilang karena sejatinya sulit diingat kembali.
Dari tuntutan zaman yang menuntut perubahan dari segi pendekatan ini lah muncul sebuah pendekatan saintifik yang diimplementasikan dalam kurikulum 2013 saat ini. Pendekatan saintifik selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation. Metode-metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi  atau menguji  jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.

Tampaknya pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran sangat mungkin untuk diberikan mulai pada usia tahapan dini. Itu semua sudah diperhitungkan dengan berbagai pertimbangan mulai dari sisi kesiapan perserta didik. Tentu saja, harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari penggunaan hipotesis dan berfikir abstrak yang sederhana, kemudian seiring dengan perkembangan kemampuan berfikirnya dapat ditingkatkan dengan menggunakan hipotesis dan berfikir abstrak yang lebih kompleks. Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri  bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya  dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran,  tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran

Sekolah atau Penjara

Rimbi Wijanti
1102413053

Balik lagi ke tema setiap hari, minggu dan bulannya yaitu Sistem Pendidikan. Oke, untuk artikel ini saya ingin membahas hal yang mungkin kaitannya dengan system pendidikan   dikit banget atau mungkin malah nggak nyambung sama sekali. Artikel sekarang judulnya ”Sekolah apa Penjara” , untuk artikel yang satu ini bisa dibilang saya curhat tentang pergulatan saya di dunia pendidikan dari TK ampe mahasiswa sekarang ini. Penjara?? Otomatis artikel ini bakal bahas apa aja yang bikin males tingkat dewa pas lagi di sekolah.
Pernah ngrasa gak sih kalo berangkat sekolah itu hal yang malesin, ampe buat bangun aja males. Semuanya serba dimolorin mulai dari bangun, mandi, pake sepatu, sarapan ama pas perjalanan sekolah. Kenapa kita males malesan kalo berangkat sekolah? Kalo menurut saya sih karena sekolah belum bisa menjadi tempat yang nyaman bagi semua penghuninya, terkhusus siswa- siswanya. KAum siswa seperti saya masih mengganggap sekolah itu tempat yang kolot. Semuanya diatur, tempat yang buat gerak aja susah apalagi buat ngembangin diri.
Belum lagi kalo ketemu guru killer, udah tugasnya seabrek kalo kita ngerjainnya salah beliau marah marah gak ketulungan. Ujian yang bertubi tubi bikin otak serasa meledak dan hal menyebalkan lainnya. Baru aja pengen enjoy ama ekskul  eh tugas ama ulangan harian udah didepan mata melambai ceria. Ngenes emang. Malahan ada beberapa sekolah yang akademis banget jadi hal hal kecil seperti ekskul di sekolakh itu gak diprioritasin sama seklai bahkan bisa dibilang dipandang sebelah mata.
Padahal ekskul itu salah satu cara ampuh buat ngilangin kejenuhan atas rutinitas sekolah yang gak abis abis. Bayangin aja betapa menderitanya anak kelas 3 SMA. Yang pulang sekolah aja udah jam 1 terus dilanjut les ampe jam 5 sore. Belum lagi bobot tas yang kalo diitung bisa kali nyampe 5 kilo, OMG itu kuli panggul apa anak sekolahan? Tepok jidat deh.
Banyaknya peraturan nih yang bikin ogah ogahan masuk kelas, bukannya nurut ama peraturan sekolah kebanyakan murid justru lebih seneng dan greget kalo ngelanggar itu peraturan. Mugkin dapet prestise yang tinggi kali ya. Sebenernya saya juga tau si kalo peraturan dibuat biar kita disiplin ama kondusif buat belajar. Tapi kadang peraturan- peraturan itu justru membatasi kreativitas murid murid. Mungkin peraturan harus tetap ada tapi mungkin porsinya gak kebanyakan kayak sekarang dan yang pastinya kalo bikin peraturan yang sewajarnya saja. Kita sebagai siswa enjoy belajar dan para guru dan aparat sekolah juga kondusif dalam mengajar.


Menengok ke Finlandia

Rimbi Wijanti
1102413053

Sudah terlalu sering kita membahas tentang sistem pendidikan di Indonesia, sekarang mari kita tengok ke negara seberang nan jauh disana yaitu Finlandia. Finlandia diisukan sebagai negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Hal ini juga dibuktikan dengan rendahnya persentase ketidaklulusan siswanya per tahun. Di Finlandia pendidikan merata tidak seperti di Indonesia. Merata artinya pendidikan bukanlah suatu hal yang hanya bisa dirasakan oleh beberapa kalangan saja akan tetapi dapat dirasakan oleh semua orang tanpa terkecuali.
Hebatnya di Finlandia mereka tidak hanya mencerdaskan siswa siswa yang normal saja tetapi juga untuk siswa siswa difabel. Jadi  di Finlandia, pendidikan tidak hanya ditujukan untuk orang orang “normal” saja tetapi untuk semua kalangan. Ini salah satu yang seharusnya bisa kita terapkan di Negara tercinta kita. Ketika pendidikan sudah merata serta tidak pandang bulu maka tingkat kemakmuran rakyat juga akan berangsur membaik.
Uniknya di Finlandia ini para gurunya boleh membuat kurikulum mereka sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan disana. Jadi kurikulum tidak terpaku pada yang ditetapkan oleh pemerintah seperti yang ada di Indonesia.  Jadi bisa dipastikan pembelajaran disana pun menyesuaikan dengan situasi, kondisi  serta kebutuhan para siswa siswanya. Berbeda dengan di Indonesia yang kurikulumnya terpaku pada apa yang ditetapkan oleh pemerintah, padahal terkadang kurikulum yang ditetapkan itubelum tentu bisa diterapkan di semua tempat.
Selain itu di Finlandia hanya terdapat guru guru berkualitas dan ahli saja, artinya guru yang diperkerjakan disini adalah yang memang ahli. Bahkan ujian untuk masuk menjadi guru lebih ketat dibandingkan dengan masuk ke fakultas Kedokteran maupun Fakultas Hukum di Negara lain. Bayangkan, betapa berkualitasnya guru guru yang mengajar di Finlandia.
Dan yang paling membuat bungah adalah di Finlandia tidak ada Ujian Nasional dan sebagainya. Ujian standar wajib hanya ada satu kali yaitu saat berumur 16 tahun. Tidak seperti di Indonesia yang sejak jenjang pendidikan Sekolah Dasar sudah dijejeli Ujian. Mulai dari ujian akhir, ujian tengah semester, ujian sekolah, ujian praktek sampai ujian nasional. Begitulah bebrapa keunggulan dari negar yang kononnya memiliki system pendidikan terbaik di Indonesia, memang hal hal seperti diatas tidak dapat diterapkakn spepenuhnya di Indonesia. Akan tetapi setidaknya kita mungkin bisa mengambil beberapa aspek di Finlandia yang sekiranya cocok dengan kultur budaya di Negara kita ini.


Pembelajaran Yang Berpusat Pada Siswa, Why not?

Ade Romadoni

Pertanyaan pertama yang kemudian muncul adalah pendekatan pembelajaran apakah yang ada dikelasmu? Berpusat pada guru (teacher-centered)? Ataukah berpusat pada siswa (student-centered)? Sebenarnya itu tidak masalah apakah pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpusat pada siswa ataukah berpusat pada guru. Maksudnya, ini tergantung materi apa yang sedang guru ajarkan kepada anda. Karakteristik konten (materi ajar) sangat berpengaruh pada penggunaan metode atau model pembelajaran yang digunakan. Nah, kemudian hal apa yang merubah paradigma yang ada sekarang ini yang tadinya hanya ada paradigma teacher-centered tapi kemudian muncul paradigma baru yaitu student-centered.
Pengaruh teori pembelajaran kognitif yang cukup luas, penelitian-penelitian yang mengkaji pemikiran para pakar, dan kritik-kritik terhadap pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru pada akhirnya melahirkan upaya-upaya untuk menekankan peran siswa dalam pembelajaran. Penekanan ini mengharuskan guru untuk merancang aktivitas-aktivitas pembelajaran di mana siswa memiliki tanggungjawab yang lebih besar terhadap pembelajaran mereka sendiri dan berinterksi dengan yang lain selama mempelajari konten baru. Ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk teknologi informasi) telah dan terus berkembang dengan  pesatnya. Namun demikian masih terdapat kelambanan dalam penyesuaian terhadap perkembangan tadi, yaitu perubahan proses pembelajaran. Metode pembelajaran “I lecture, you listen” masih mewarnai pendidikan di semua jenjang pendidikan. Guru hanya dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi, sementara itu para siswa hanya duduk mendengarkan ceramahnya, kemudian akan menimbulakan para siswa menunjukkan sikap apatis dan tidak tertarik terhadap proses pembelajaran. Lebih dari itu, kemampuan konseptualisasi sebagian besar siswa bersifat terbatas karena mereka belajar dalam struktur dan pengarahan yang kaku.

Pada hakekatnya para siswa adalah sekelompok manusia yang beranjak dewasa dengan berbagai macam perubahan fisik, sosial dan psikologik. Dalam konteks pembelajaran berpusat pada siswa, “spoon- feeding” untuk para siswa tidak lagi sesuai karena membuat proses pembelajaran lamban dan siswa tidak memiliki peluang untuk memilih menu yang sesuai. Kelambanan proses pembelajaran yang terjadi di dalam paradigma Student-centered akan menyebabkan peserta didik selalu tertinggal di belakang, tidak dapat segera menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Untuk mengatasi kelambanan dan ketertinggalan tadi maka proses pembelajaran perlu diubah, dari one-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif. Dengan pembelajaran interaktif para siswa diajak bersama-sama secara aktif untuk mencari, menemukan, mengolah, membangun dan memaknai ilmu pengetahuan yang diminatinya. Itu lah mengapa student-centered muncul sebagai paradigma baru dalam sistem pendidikan yang ada pada saat ini.

Pesan “PENDIDIKAN” untuk Pemimpin Baru

Homsa Diyah Rohana

Tanpa disadari, sudah enam orang sosok pemimpin yang mengelola Indonesia setelah kemerdekaannya. Dimulai pertengahan bulan Oktober 2014 ini, Indonesia akan dipimpin oleh sosok baru. Tanpa disadari juga, pendidikan yang berjalan di Indonesia telah dikelola sejak dahulu oleh ke enam sosok tersebut. Namun ternyata ke enam orang tersebut belum cukup berhasil dengan pengelolannya membawa pendidikan Indonesia di garda depan dunia. Tetapi keenam sosok tersebut juga tidak dapat disalahkan atas masih tertinggalnya pendidikan di Indonesia.
Jika ketika meminta penilaian kepada khalayak umum mengenai sistem pendidikan di Indonesia, mereka dengan sangat mudah menyebutkannya. Para praktisi-praktisi pendidikanpun telah banyak mengevaluasi sistem pendidikan Indonesia. Seakan tergambar masih sangat banyak kecacatan yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia. Beribu kritikan, dan berkali evaluasi dilakukan jika tidak adanya koherensi antar elemen maka percua saja apa yang mereka katakan, tulis, dan omongkan. Karena tetap saja Indonesia akan berada di garis belakang jika hal tersebut tetap berulang.
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world
(Nelson Mandela)
Pernyataan diatas sejalan dengan pemikiran para pendahulu Republik Indonesia yang memasukkan pendidikan ke dalam pasal  31  UUD  1945.  Mereka memiliki  paradigma  berpikir  bahwa membangun negara, ya membangun sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan  berperan strategis dalam pembangunan bangsa dan negara (hidayat, vol.2 2013).
Sudah  lebih  50 tahun  Indonesia  membangun  sistem  pendidikan  nasional. Ada  kemajuan yang  dirasakan, namun kemajuan  yang  dirasakan  masih  jauh  dari  yang  diinginkan. Adanya  kenyataan  tersebut membuktikan ada yang salah dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional Indonesia. Kesalahan tersebut dapat terlihat  dari  politik  yang  tidak  mendukung, baik  itu  politik dalam  perumusan tujuan  pendidikan,  politik  anggaran, dan  politik  penyelenggaraan  pendidikkan  seperti  penyiapan  guru-guru  profesional,  penyiapan  sarana, ketidakkonsistenan  antara  tujuan  pendidikan  dan  praktek  pendidikan  dan  antara  tujuan  dengan  model  evaluasi pendidikan.
Dalam  rangka  meningkatkan  mutu  bangsa  Indonesia,  maka  diperlukan  langkah-langkah  strategis  dan sistematis  dalam  perencanaan,  pelaksanaan,  sistem  evaluasi,  dan  perbaikan  yang  terus-menerus  sistem  pendidikan Indonesia. Saat ini, Indonesia  membutuhkan “desain dasar sistem pendidikan  nasional”   yang  pembuatannya  harus

melibatkan  semua stake  holder bangsa  Indonesia. Oleh karena itu, banyak harapan dari masyarakat dengan pemimpin Indonesia yang baru dalam  pelaksanaanya nanti mampu membuat Indonesia bangkit  dan  berlari  mengejar  berbagai  ketertinggalan dari  bangsa-bangsa lain di dunia.

Tentang Desentralisasi Pendidikan

Homsa Diyah Rohana

Dasar diadakan pendidikan nasional tidak lain sumbernya adalah pancasila dan UUD 1945. Kedua hal tersebut merupakan landasan bagi kita untuk hidup bersama dalam suatu wadah Negara dan bangsa bernama Indonesia, sekaligus sebagai dasar utama kita dalam melakukan dan menyukseskan pendidikan nasional. Lebih jauh, kedua hal tersebut menjadi tuntunan dalam menerapkan perundang-undangan lainnya, terutama penyelenggaraan pendidikan nasional, tidak boleh melanggar nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 tersebut. Bila itu terjadi, sudah terjadi pelanggaran atas nama untuk kita hidup bersama dengan wadah bangsa Indonesia.
Sistem Pendidikan Indonesia sebelum adanya kurikulum 2013 merupakan sistem yang bersifat desentralisasi dalam Pendidikan. Hakikat desentralisasi pendidikan adalah apa dan kepada siapa dan bukan semata-mata pada aturan atau regulation. Mengacu pada prinsip-prinsip dasar dan kreteria pembagian urusan dalam uu nomor 32 tahun 2004, apa dan siapa desentralisasi urusan bidang pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pusat berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, pengawasan, dan evaluasi, superfisi, fasilitasi, dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional atau antarpropinsi dan antarnegara; 2) Propinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas regiona; 3) Kabupaten atau kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas local.
Dalam hal pendidikan, pemerintahan daerahlah yang paling tahu kondisi ril siswa-siswinya, sehingga juga paling tahu bagaimana penanganannya. Tanpa mendiskriminasikan siswa-siswa berkualitas di daerah maju, kurang maju, dan tidak maju, pemerintah seharusnya rela menyerahkan urusan standar kelulusan ditentukan pemerintah daerah, karena desentralisasi ketatanegaraan yang dirumuskan dalam UU No. 32 Tahun 2004 mengamanatkan itu.
Apa yang dapat kita simpulkan dari polotik desentralisasi pendidikan nasional adalah bagaimana niatan pengusa untuk melakukan roses demokratisasi pendidikan, melepaskan pola sentralisasi pendidikan untuk berbaikan mutu manajemen pendidikan, kiranya masih setengah hati. Artinya, konsep dan semangatnya terhadap desentralisasi pendidikan barang kali sudah bagus akan. Akan tetapi, bagaimana kemudian penerapannya di lapangan justru memperlihatkan sebuah paradox karena penguasa masih meperlihatkan sikap kurang ihlas dalam menerapkan hal tersebut, seperti ragu-ragu dan takut kehilangan kekuasaan.
Hak otonomi pendidikan dalam pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, dan sistem penilaian yang telah diberikan kepada sekolah dengan MBS tersebut sayangnya sampai sekarang masih belum bias berjalan secara optimal. Para guru masih banyak yang apatis, statis dalam menamggapi pembaruan atau perubahan pendidikan. Mereka masih banyak yang terbelenggu pada sistem pembelajaran yang konfensional yang lebih menekanan pada pemberian informasi, pemberian pengetahuan, dan sifatnya pada hal-hal ingatan, serta mengabaikan pada aspek afektif dan konatif.

Pengabaian aspek koknitif dan konatif sangat merugikan bagi perkembangan peserta didik dalam mengadakan transpormasi social dan budaya. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam mewujudkan suasana yang semaiin bersahabat, semakin bermartabat, dan semakin menujun tinggi nilai-nilai keadilan. Jika demikian sekolah yang melaksanakan otonomi masih sulit untuk menjadi agen dan pelaku perubahan. Sehingga untuk saat ini sistem digantikan kembali dengan bersifat sentralisasi yang pemerintah banyak berperan di dalamnya.

E- Learning pembelajaran yang modern

Alimi

     Pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001). Sudah barang tentu metode pembelajaran ini memiliki efek besar terhadap pendidikan karena berbagai kemudahan yang ditawarkan. Semisal seorang mahasiswa tidak perlu lagi mencari buku referensi dari perpustakaan yang menyita waktu, mahasiswa bisa langsung mengakses sumber referensi mereka lewat E-learning yang cepat dan mudah.

  Beberapa manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau     instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Kemudahan yang ditawarkan merupakan kelebihan tersendiri bagi E-learning, ditengah-tengah menurunya minat masyarakat terhadap rutinitas mencari atau bahkan membaca buku. Dengan belajar yang berbasis elektronik ada suatu inovasi dan daya tarik bagi setiap pelajar maupun khalayak umum. Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas internet.

 Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Aspek-aspek tersebut berperan penting dalam proses pembelajaran melalui e-learning, sehingga harus ada kerjasama semua pihak dalam meningkatkan kualitaik dan pendidikan yang melalui sistem yang lebih baik, lebih menarik dan juga lebih interaktif agar kedepannya sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu atau awam bagi masyarakat terutama yang berada di pedesaan. Belajar bisa melalui cara apapun dan minat seseorang dalam belajar adalah penentu bagi mereka untuk meraih apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.

Sekolah

Rimbi Wijanti
1102413053

Sekolah. Deskripsi sekolah untuk kebanyakan orang adalah sebuah tempat dimana terdapat begitu banyak aturan. Tempat terkekangnya kreativitas dan inovasi, serta tempat yang sebagian orang menganggapnya sebagai sebuah “Penjara”. Terdapat banyak sekali aturan mulai dari seragam sampai tuntutan tuntutan mata pelajaran yang dianggap melelahkan. Anggapan anggapan seperti diatas biasa dilontarkan oleh sebagian siswa, dulu saya juga menganggap anggapan tersebut benar.
Sepertinya tanggapan pada paragraf kebanyakan berbau “negatif”. Ya, tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah adalah tempat yang banyak terdapat aturan serta perintah perintah yang seharusnya dipatuhi. Tapi kita harus mengingat bahwa poin penting dalam sekolah. Sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu seperti ilmu yang akan meningkatkan intelektualitas kita, kemudian tempat mengasah kecerdasan sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan lain lain.
Perlu diketahui juga bahwasanya di sekolah ditetapkan begitu banyak aturan serta beban tuntutan yang harus dipenuhi semata mata untuk membentuk diri siswa agar menjadi siswa yang berkarakter. Seperti yang tercantum dalam UU no 23 tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang bertujuan untuk membentuk manusia yang seutuhnya. Sekarang ini juga banyak sekolah yang di konsep tidak seperti kebanyakan sekolah formal. Misalnya saja Home Schooling yang dapat dilakukan di rumah yang tentunya tidak akan ada aturan seragamisasi.
Banyak juga sekarang sekolah alternatif yang memiliki konsep yang jelas berbeda dengan sekolah formal kebanyakan. Seperti sekolah alam yang terdapat di Jogja, sekolah tersebut tidak mengikuti kurikulum yang doitentukan oleh pemerintah akan tetapi sekolah tersebut memiliki cara tersendiri dalam pembelajarannya. Jadi anggapan bahwa sekolah adalah tempat yang membosankan bisa terjawab dari pemaparan diatas. Selain itu sekolah juga tidak lagi menjadi tempat lumpuhnya kreativitas siswanya. Karena banyak sekali SMA SMA yang mampu mengadakan even even yang “Anak Muda Banget” seperti peknsi tahunan, kemudian Class Meeting, Prom Night dan lain sebagainya.

Di sekolah juga terdapat banyak Ekstra kurikuler yang dijadikan wadah pengembangan bakat dan minat para siswanya. Setiap siswa diberikan kebebasan memilih mengikuti ekstra kurikuler sesuai minat dan bakatnya.  Jadi kesimpulannya anggapan tentang hal hal yang negatif yang berkaitan dengan sekolah bisa terbantahkan dengan beberapa argumen diatas. Sekian dan terima kasih.

“SIAP PAKAI” atau “SIAP MEMAKAI”

Homsa Diyah Rohana

“Konsep menghafal yang sudah menjadi konsep dasar pendidikan, learning by memorizing bukan dengan learning by doing maka anak didik tidak mendapatkan haqqul yaqin” pakar pendidikan Bukhori Nasuiton.
Kali ini saya akan menuliskan tentang apa yang saya pernah rasakan selama menjadi peserta didik yang kurang lebih sudah sekitar 13 tahun lamanya. Yang hal ini juga tentunya terkait dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Dulu, saya masih ingat skali ketika baru pertama kali masuk bangku Sekolah Dasar (SD). Dengan bangganya memakai seragam dengan atasan merah dan bawahan putih (seperti lazimnya) yang warnanya masih cerah dan bau anyarnya masih terasa. Selain itu, juga dengan sepatu, tas yang serba baru. Saya ingat betul betapa senangnya saya ketika itu. Bukan hanya karena segala atribut yang dipakai baru, tetapi memang kesenangan itu naruliah, tanpa ada alasan, rasanya semangat dan senang sekali untuk sekolah pertama.
Tahun demi tahun berjalan, saya mulai merasa bosan dengan apa yang diberikan guru. Walaupun ketika itu saya tergolong siswa yang cukup pintar dikelas, tapi tetap saja saya hanya merasa senang di sekolah karena bertemu banyak teman. Sebelum berangkat sekolah, saya selalu merencanakan ingin bermain apa nanti di sekolah. Misalkan saja bermain gathengan, pasti dari rumah saya sudah bersiap-siap membawa kecik dan bola bekel. Hal ini jauh berbeda ketika masih awal-awal bersekolah. Karena setiap malamnya pergi ke kamar bapak dan belajar bersama tentang apa yang baru di pelajari di sekolah. Kondisi ini seakan menggambarkan mulai lunturnya semangat sekolah yang dulu pernah saya miliki ketika kali pertama bersekolah.
Setelah mengenal pendidikan selama 6 tahun, saya hanya bisa mengeluh dan marah dalam hati terhadap diri sendiri. Karena, saya merasa saya bodoh dan tidak mempunyai keahlian apapun. Bagaimana tidak, ketika materi-materi di ajarkan bulan demi bulan materi itu menghilang dari pikiran dan hanya secuil persen saja yang menghinggap. Hal tersebut juga terjadi ketika saya SMK, selama tiga tahun sekolah, setiap tahunnya pasti rapor saya ada keterangan alfa karena membolos. Mulai ditingkat ini, saya tidak lagi membenci diri sendiri tetapi mulai membenci pemerintah dan pendidikan yang ada di Indonesia. saya merasa seperti robot yang sedang berada dalam “penjara”. Ketika bunyi “bel” pulang berdering rasanya gembira luar biasa karena bisa keluar dari “penjara”. Tidak hanya itu, ketika UN telah berakhir, rasanya ibarat baru saja keluar dari ruang gelap yang pengap, mengerikan dan tanpa cahaya sediktpun.
Dari cerita tersebut, saya menraik benang merah kesalahan paradigma pendidikan yang dipakai sekarang adalah beberapa diantaranya pendidikan di Indonesia itu mempersiapkan anak didik yang “siap pakai”. Hal ini secara mendasar telah membentuk budaya Employee. Mungkin seharusnya mempersiapkan anak didik yang “siap memakai”. Kita sadar bahwa sebagai employee nasibnya ditentukan oleh orang lain, bukan menentukan nasib orang lain. Kemudian, sistem pendidikan kita belum mampu mengakomodir perbedaan potensi dan kemampuan setiap individu anak. Seluruh kejanggalan yang sudah muncul di publik maupun yang menunggu giliran menjadi indikasi bahwa tidak ada komitmen secara nasional untuk memperioritaskan pendidikan. Namun paling tidak, di masa mendatang, diharapkan kepada para pengambil kebijakan, guru dan stakeholder pendidikan lainnya seperti orang tua, agar bisa fokus untuk memperbaiki kesalahan paradigma tentang pendidikan yang terjadi di negeri ini serta turunan masalahnya.


Mafia Pendidikan, Merusak Sistem Pendidikan di Indonesia

Khusnul Roifah
1102413058

Menurut KBBI pengertian mafia yaitu perkumpulan rahasia yg bergerak di bidang kejahatan (kriminal). Pendidikan dianggap dan dijadikan sebagai lahan pemenuh kebutuhan “perut” para mafia. Mereka menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa memeperdulikan kepentingan orang banyak. Mafia-mafia inilah yang nantinya akan merusak sistem pendidikan di Indonesia.
Mafia yang bergerak di bidang pendidikan atau yang sering disebut dengan mafia pendidikan ini, dalam praktiknya sangat meresahkan dunia pendidikan di Indonesia. Contohnya saja penerimaan Peserta Didik Baru di sekolah-sekolah tidak semuanya secara transparan, ada praktik terselubung didalamnya. Sekarang masih marak praktik jual beli bangku sekolah. Jual beli bangku sekolah ini ulah siapa lagi kalau bukan ulah si mafia pendidikan,yang merusak sistem pendidikan di Indonesia. Sebaik-baiknya sistem yang tertata, jika masih banyak mafia pendidikan yang berkeliaran dengan leluasa juga akan menciderai pendidikan di Indonesia.
            Jual beli kunci jawaban UN menambah panjang daftar kelam di dunia pendidikan. Adanya ketakutan pada suatu sekolah, jika sekolah tersebut tidak bisa meluluskan 100% siswanya maka sekolah tersebut akan mendapatkan cap buruk di masyarakat dan nantinya orang tua murid enggan menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. hal seperti ini dimanfaatkan oleh mafia pendidikan untuk menjadikannya lahan bisnis. Untuk menghilangkan ketakutan-ketakutan tersebut seringkali sekolah mengambil jalan pintas. Sekolah tersebut melakukan segala cara untuk meluluskan 100% siswanya. Termasuk membeli kunci jawaban UN pada oknum yang tidak bertanggung jawab. Padahal tidak ada yang berani menjamin kunci jawaban UN tersebut benar.Memang tidak semua sekolah seperti itu, ini hanya sebagai contoh praktik mafia dalam dunia pendidikan yang merusak sistem pendidikan di Indonesia.

            Masih banyak lagi praktik yang dilakukan oleh mafia pendidikan di Indonesia, seperti kasus korupsi. Sepanjang tahun 2012 tercatat ada 40 kasus korupsi di Indonesia. Berdasarkan angka, tercatat korupsi di Dinas Pendidikan ada 20 kasus, DPRD 1 kasus, Kanwil Kemenag 2 kasus, Perguruan Tinggi 9 kasus dan sekolah 8 kasus. Khusus di sekolah, biasanya terjadi penyalaahgunaan dana BOS yang dilakukan Kepsek, dan bendahara sekolah (http://www.islampos.com, 2013). Adanya jual beli ijazah atau gelar pendidikan juga termasuk wajah buruk sistem pendidikan di Indonesia. sekarang sudah waktunya untuk kita memberantas yang namanya mafia pendidikan demi terciptanya sistem pendidikan yang baik dan tepat.

Apa Salahnya Meniru Kelebihan Bangsa Lain

Ika Wulandari

Memajukan bangsa Indonesia salah satuya dengan membenahi sistem pendidikan di Indonesia. Kecerdasan masyarakat yang diperlukan untuk mengelola bangsa ini tentunya berawal dari pengalaman yang didapat dari sekolah. Apabila peserta didik merasa tertekan ketika berada di sekolah, mereka tidak akan serius dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga mereka tak mampu membawa pulang ilmu apapun. Yang ada mereka hanyalah ngantuk di kelas karena pembelajran yang monoton.
Seharusnya sistem pendidikan di negara kita ini kurang lebihnya meniru sistem pendidikan yang diterapkan di negara-negara yang telah maju. Negara-negara tersebut mampu menghasilkan generasi penerus yang mampu membawa nama baik negaranya dan memajukan ekonomi bangsanya. Tidak lagi memakai barang import, mereka bangga dengan barang buatan negaranya sendiri.
Saya ambil contoh sekolah Jepang dari buku yang saya baca, yaitu “Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela”. Totto-chan merupakan anak yang sangat nakal di sekolahnya. Nakal dalam hal ini bukan berarti bandel, tetapi ia sering melakukan hal-hal aneh untuk mendapatkan apa yang ingin dia ketahui. Bahkan pada saat KBM di kelas ia selalu memperhatikan pengamen yang lewat samping kelasnya. Ia sering melakukan hal-hal yang tak mampu ditoleransi oleh sekolah sehingga ia dikeluarkan dari sekolahnya. Rasa keingintahuan tinggi yang dimiliki oleh Totto-Chan seharusnya dimiliki juga oleh seluruh peserta didik atau masyarakat Indonesia. Rasa ingin tahu inilah yang akan memotivasi diri untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya bahkan berani melakukan sesuatu untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.
Akhirnya Totto-Chan pindah ke sekolah dengan sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah lainnya. Di sekolah ini peserta didik diberikan kesempatan berkreasi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Mata pelajaran dimulai dengan melakukan apa saja yang peserta didik sukai. Bagi yang suka menggambar aktivitas pertama yang dilakukan adalah menggambar, bagi yang suka fisika mereka memulai dengan penelitian tentang rumus-rumusnya. Totto-Chan merasa inilah sekolah yang sebenarnya. Seharusnya sistem pendidikan untuk Sekolah Dasar di Indonesia meniru sistem sekolah di Jepang ini. Sekolah yang mengerti karakteristik setiap peserta didik, sekolah yang mampu mengembangkan bakat peserta didik. Sekolah yang selalu menggunakan alam untuk media pembelajarannya, jadi tak ada kesalahpahaman karena peserta didik langsung mempraktekannya. Sekolah dengan pendidik yang selalu mendengarkan cerita pengalaman peserta didiknya, antar pendidik dan peserta didik seperti keluarga sendiri. Sekolah Indonesia perlu meniru sekolah Totto-Chan ini. Sekolah dengan desain yang membuat nyaman peserta didik. Sekolah dengan perpustakaan yang lengkap. Sekolah yang selalu memperhatikan kesehatan peserta didik dengan mengharuskan membawa bekal berupa makanan dari alam dan dari laut.

Apa salahnya meniru kelebihan bangsa lain jika itu mampu membuat Indonesia lebih maju? Hilangkan gengsi ketika kita meniru suatu kebaikan. Mari untuk generasi penerus, kita harus mampu meningkatkan kualitas SDM bangsa ini. Marilah kita membenahi sistem pendidikan yang ada. Ciptakan generasi penerus bangsa ini yang berkualitas.

Pendidikan karakter sebagai pembangun sistem pendidikan

Alimi
  
    Hakekat karakater ialah Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Karena pada dasarnya karakter ini melandasi setiap perilaku dari manusia, jadi pembangunan karakter yang baik dari setiap elemen pendidikan merupakan hal yang amat penting. Akhlak yang mulia, mempunyai tanggungjawab, toleransi, perduli, displin adalah sebagian dari dan sifat yang harus dimiliki agar pembangunan sistem pendidikan yang berorientasi pada pendidikan karakter siswa dan segala elemennya bisa berjalan dengan maksimal.
   Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Pembangunan karakter adalah proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Karakter yang telah dibangun tersebut nantinya akan menjadi sumber dari objek pembelajaran untuk menerapkan suatu sistem pendidikan yang tepat yaitu sistem pendidikan berbasis karakter. Walaupun dalam implementasinya masih ditemui berbagai kesulittan dan tantangan, namun dengan keseriusan untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik hal itu akan menjadi lebih ringan untuk di wujudkan.
  Sistem pendidikan berbasis karakter ini akan menekankan kepada aspek perilaku atau akhlak siswanya, bukan hanya sekedar penilaian kognitif akademik semata. Jadi siswa akan memiliki budi pekerti yang luhur di samping prestasi akademik yang nantinya juga akan dapat di capai pula. Tentu saja porsi dari pendidikan karakter ini juga harus ditambahi dalam sebuah mata pelajaran atau maksimal seimbang dengan mata pelajaran yang lain, sehingga  tercapai efektifitas dan keseimbangan antara karakter dengan pendidikan.
   Pendidikan dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut. Siswa juga mempunyai andil penting terhadap keberhasilan pendidikan karakter ini, karena siswa sebagai objek juga sebagai indikator keberhasilan suatu sistem pendidikan yang di jalanakan oleh suatu lembaga pendidikan di dalam suatu negara.



UN, Proses Pembusukan Kualitas Pendidikan

Ade Romadoni

Hajatan besar Kemendikbud yang bernama Ujian Nasional (UN) merupakan ajang tahunan yang menguras segenap tenaga dan upaya besar dengan biaya lebih dari Rp. 500 miliar. Di satu sisi, upaya tersebut memberikan kesan kepada masyarakat bahwa Kemendikbud telah melakukan tindakan penting dalam menyempurnakan kualitas pendidikan di Indonesia. Di sisi lain, sebenarnya pemerintah sedang melakukan pembusukan kualitas generasi muda masa datang dan sedang melebarkan jurang kehidupan sosial di masyarakat. Argumen yang terus-menerus dilontarkan kepada publik merupakan trik-trik pencitraan agar terbentuk pemikiran bahwa UN ialah urusan paling penting dalam penataan pendidikan.
Kita tengok dari mulai kualitas pembelajaran, adanya UN sampai saat ini telah menimbulkan dampak negatif pada proses pembelajaran dalam kelas. Guru yang mengajar mata pelajaran yang diujikan cenderung fokus pada bagaimana membuat siswa terbiasa menjawab soal-soal ketimbang memproses kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir siswa hanya terlatih pada kemampuan berpikir tingkat rendah, yaitu menghafal dan menjawab pertanyaan. Dengan demikian, kesempatan siswa untuk berlatih berpikir kritis relatif terbatas.
Kemudian kita telisik pada moral para pelajar, Setiap tahun berita tentang UN didominasi fakta-fakta negatif di lapangan. Berita tentang jual beli kunci jawaban bukan hal yang asing. Secara psikologis, siswa-siswa kita telah secara tidak langsung mendapat pelajaran resmi bahwa menyangkal kebenaran, memanipulasi, dan menipu itu boleh.
Lagi, dari persoalan yang sangat pelik ini, UN juga berimbas pada pemisah sosial. Bagaimana tidak siswa yang memiliki akses ekonomi lebih punya kesempatan memilih sekolah bermutu yang benar-benar memberi kesempatan untuk mengasah kecerdasan dan kompetensinya. Di samping itu, mereka juga mampu membayar bimbingan belajar kelas wahid. Anak-anak dalam kategori itu tentu saja jumlahnya hanya beberapa jika dibandingkan dengan jumlah anak-anak tidak memiliki kesempatan. Kenyataan tersebut dalam jangka panjang dipastikan akan menuai jurang pemisah sosial yang lebar.

            Dari carut-marutnya UN didunia pendidikan kita ini bukan tidak setuju harus ditiadakannya UN. Karena bagaimanapun UN itu penting sebagai indikasi kemahiran suatu daerah. UN memang tujuannya baik dan terarah. Seandainya tidak ada UN, kita semakin hancur. Berapa banyak guru yang mengajar secara asal-asalan. Berita baiknya, negara-negara maju seperti singapura dan korea selatan yang meraih peringkat 5 besar PISA juga memiliki sistem Ujian berstandar Nasional dan pertanyaannya, mengapa mereka bisa sukses sementara kita tidak? Intinya sederhana, kita hanya perlu mengubah sistem pendidikan kita, yang lebih mengarahkan kepada bakat dan kemampuan anak. Jangan sampai selamanya kita terjebak bahwa meraih nilai tertinggi dalam UN berarti dialah yang terbaik.

Pendidikan itu Untuk Setiap Orang

Anwar Shandi
1102413064

Pembangunan sumberdaya manusia yang baik akan mencetak anak anak bangsa yang dapat mengabdi untuk negara dan memiliki kualitas yang dapat bersaing dikancah internasional. Sebenarnya anak bangsa memiliki potensi yang luar biasa hanya saja belum terekspose dan masih banyak yang belum bisa merasakan bangku pendidikan, dalam arti bersekolah. Masih banyak anak anak yang ingin bersekolah tetapi mereka bulum bisa melakukannya dikarenakan banayk faktor tetapi yang paling sering dijumpai yaitu mereka tidak mempunyai biaya untuk bersekolah.
                             https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7Bl7YiAiM-fPTEW6FHN4K555br_uVh1N1yBhk3rMPffmvQAjBPtSyZDSb3STvcAI_Yiv4Ll_4gpTX3_VvWDkjUnCzv3JevNixgUZwkgJKxKXBdG5qSoMIJbP1CNt_cHvIts2eXIMzy2F0/s1600/anak_jalanan_100530203226.jpg
Banyak anak yang belum bisa bersekolah, mereka mengalami kesulitan dalam hal ekonomi. Dan anak tersebut umumnya memilih dekerja untuk membanto orang tuanya. Mereka bekerja apa saja semampu mereka, seperti berjualan Koran, mengamen dan sebagainya. Contoh nyata dari hal tersebut adalah anak jalanan, jika anak anak tersebut mendapat kesempatan pendidikan bukan tidak mungkin mereka nantinya akan menjadi orang besar. Bayangkan saja jika obat HIV yang belum ditemukan sebenarnya ada di otak anak anak yang tidak bersekolah tersebut, dan obat HIV tersebut tidak dapat terekspose karena mereka tidak mendapat pendidikan.
Pemerintah seharusnya memperhatikan hal tersebut, karena sebenarnya masih banyak anak yang belum busa berseolah, pemerintah harus berperan aktif melaksanakan pendidikan yang adil dal meratra karena pendidikan bukan hanya untuk orang orang yang berduit. Dan badan badan penyelenggaraan pendidikan juga harus ingat kalau kodratnya pelaksanaan pendidikan itu dukan untuk mencari untung atau hal hal yang berbau financial, tetapi pendidikan adalah proses yang bertujuan untuk mencerdaskan orang, merubah orang yang belum tau menjadi tau.
Program program bantuan pendidikan yang diberikan pemerintah seperti BOS dan bantuan bantuan yang lainnya masih perlu mendapatkan perhatian, apakah program program tersebut berfungsi dengan optimal  dan apakah sudah tepat sasaran. Untuk mewujudkdn pendidikan yang berkualitas harus ada komitmen dan kesngguhan bahwa endidikan adalah hal dasar yang membangun suatu bangsa. Oleleh sebab itu pendidikan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus memperhatikan hal hal yang spesifik mengenai kesempatan belajar untuk setiap orang yang tidak memandang status apapun.

Pentingkah Ijazah?

Suerlin Diah Utami

 Dewasa ini banyak berjuta-juta orang sekolah bukan untuk mendapatkan ilmunya melainkan untuk mendapatkan selembar ijazah, sehingga mungkin bisa dikatakan ilmu itu hanyalah bonus yang didapat dari proses pendidikan dengan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan selembar ijazah. Sebenarnya apa sih ijazah itu? Sampai-sampai banyak orang yang rela melakukan berbagai cara hanya untuk mendapatkan selembar ijazah. Menurut anda manakah yang lebih penting antara ilmu atau ijazah? Tentunya jawaban ada di pikiran anda masing-masing. 
Menurut saya, ijazah memang penting, ilmu juga demikian. Tergantung pada masing-masing individu. Ijazah adalah satu tiket untuk melangkah ke dunia kerja dan selebihnya tergantung kepada kemampuan kita. Namun bila ijazah tanpa pengalaman apa gunanya? Pengalaman disini adalah skill untuk menjembatani ke dunia kerja. Skill (keterampilan) sangatlah dibutuhkan dari pada selembar ijazah. Orang tanpa ijazah pun bisa bekerja jika memiliki skill. Skill yang dimaksud tidak hanya satu bidang saja namun dari bidang yang lain. Bagi sebagian orang ijazah sangatlah penting, tetapi untuk wirausaha ijazah tidak begitu penting karena hanya keterampilan, kreativitas, dan peluang yang dibutuhkan. Namun para wirausahawan masih membutuhkan ijazah karena tidak hanya di prakteknya saja namun dia juga membutuhkan teori. Tentunya sebelum adanya praktek pasti membutuhkan teori untuk dapat lebih memfokuskan pada pekerjaanya. Dengan adanya ijazah merupakan bukti kita telah melewati jenjang pendidikan. Ketika kita sekolah tentunya banyak sesuatu yang kita pelajari mulai dari mata pelajaran matematika sehingga kita bisa berhitung, mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga kita bisa berkomunikasi secara baik dengan orang disekitarnya, kita bisa mengenal berbagai tumbuhan dengan mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kita juga bisa tahu lingkungan di masyarakat dengan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan juga kita di ajarkan keterampilan yang melahirkan kreatifitas kita. Semua itu tentunya kita peroleh dari sekolah yang sudah memberikan ilmu dan keterampilan yang belum mengerti sebelumnya. 
 Setelah kita melewati semua itu, kita akan mendapatkan selembar kertas berupa ijazah Ijazah sangatlah penting karena dengan adanya sebagai tanda bukti bahwa kita telah lulus dengan baik dan mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Jadi kesimpulannya ijazah sangatlah penting jika dibarengi dengan kemampuan yang dimiliki dalam diri kita.

Monday, October 27, 2014

Fungsi Pendidikan Non-Formal Bagi Masyarakat part 2

Tri Lestari

Lanjutan dari kemarin nih.. fungsi atau manfaat pendidikan nonformal dimasyarakat selain yang disebutkan dari yang saya paparkan minggu lalu, ada beberapa manfaat pendidikan nonformal bagi masyarakat. Seperti yang kita ketahu pendidikan itu merupakan hal mendasar untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Selain itu pendidikan juga berguna untuk mencerdasakn dan melatih keterampilan manusia, termasuk juga pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal disini dalam masayarakat fungsinya salah satunya adalah mengurangi pengangguran , mengapa demikian? Karena di dalam pendidikan nonformal disini diajarkan beberapa kecakapan atau keterampilan yang jarang-jarang dipelajari dipendidikan nonformal. Pendidikan nonformal salah satu cara yang banyak ditempuh dari sebagain besar kelompok masyarakt marjinal. Dimana masyarakat marjinal ini adalah sekelompok masyarakat yang bermasalah secara kolektif baik itu bermasalah dalam segi ekonomi yaitu kemiskinan, dari segi pendidikan yaitu putus sekolah, dari segi sosial yaitu pengangguran dan dari segi pemberdayaan masayarakat yaitu kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Pendidikan nonformal menjadi salah satu cara yang tepat untuk mengatasi kelompok masyarakat marjinal seperti yang disebutkan diatas. Manfaat untuk anak remaja atau yang masih menempuh pendidikan nonformal yaitu salah satunya adalah menjadi pendukung atau pelengkap pendidikan formal. Dimana mereka mencari pendidikan yang mengajarkan keterampilan yang tidak di ajarkan dalam pendidikan formal atau mereka mencari cara atau pelajaran yang tidak dipelajari dipendiikan nonformal atau hanya sebagai pendukung pelajaran yang diajarkan dipendidikan formal. Kita ambil contoh bimbel, banyak sekali bimbek atau tempat es-lesan yang didirikan. Disatu daerah katakan saja disekitar sekolah A banyak bimbel atau tempat les-lesan yang didirikan. Hal itu dikarenakan banyaknya peminat untuk mengikuti pendidikan nonformal. Bimbel biasanya diigunakan untuk mendukung peljaran-pelajaran disekolah apalagi jika akan ada ujian. Tempat Bimbel banyak diserbu oleh siswa. Bimbel menawarkan banyak trk atau cara - cara yang tidak diajarkan dalam pendiikan formal. Karena jam pelajaran yang minim di sekolah, cara yang diajarkan oleh guru dan mungkin sistem belajarnya yang sedikit berbeda dengan bimbel membuat banyak siswa yang memilih bimbel sebagai pelangkap pendidikan formal.

Sunday, October 26, 2014

Kurikulum Kursus

Nani Maryani

Sejak artikel pertama sampai minggu kemarin, sepertinya ada yang terlewat dalam pembahasan mengenai kursus. Ya, mengenai kurikulum yang ada didalam kursus. Mari kita pelajari bersama-sama pada pembahasan kali ini. Jika mungkin ada yang sudah tahu, bisa saling sharing di blog ini supaya bisa saling belajar dan bertukar pengetahuan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0150a/U/1981 tentang Peraturan Umum Penyelenggaraan Kursus PLSM dan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga Nomor KEP-105/E/L/1990 tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Kursus Diklusemas, dinyatakan bahwa pada dasarnya semua kurikulum yang ada dalam kursus di tiap jenis pendidikan bersifat nasional yang disahkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga. Namun jika belum ada kurikulum kursus untuk jenis pendidikan tertentu, maka lembaga kursus tersebut boleh menggunakan kurikulum sendiri, tetapi harus disahkan dahulu oleh Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kotamadya. Kurikulum kursus yang sudah dibakukan atau sudah disahkan oleh Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kotamadya, dapat terus dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya serta kebutuhan kebutuhan masyarakat sekitar dan pembangunan dibidang pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan nilai-nilai seni dan budaya daerah, tidak boleh ada penghilangkan atau pengurangan nilai-nilai yang terkandung dalam seni dan budaya yang bersangkutan. Namun, tidak semua jenis kursus dapat dengan mudah disahkan kurikulumnya secara nasional, misalnya saja kursus komputer. Mengapa demikian? Karena penyusunan kurikulum nasional kursus dimungkinkan tidak akan dapat mengimbangi derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komputer yang kita hadapi kedepannya. Selain itu, setiap penyelenggara komputer dapat menawarkan peket-paket program komputer sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan harapan yang akan dicapai oleh peserta kursus. Tetapi, sebenarnya sudah pernah dibuat kurikulum kursus komputer program Word Perfect pada tahun 1997 dan kurikulum standarisasi kursus komputer akuntansi program 1 tahun pada tahun 1999. Ok, semoga setelah membaca artikel ini, kita semua mendapat ilmu yang bermanfaat tentang kurikulum dalam kursus. Akhirnya kita tahu siapa yang nanti akan mengesahkan kurikulum kursus ketika kita akan membuat lembaga kursus, dan semoga kurikulum-kurikulum yang diterapkan dilembaga-lembaga kursus seudah sesuai dengan kurikulum nasional dan peserta didik yang mengikuti dapat bersaing didunia kerja.

Sertifikat Software Windows

Naili Nikhla Septiyani

Hay kawan pembacaku semuanya, dalam kesempatan kali ini saya akan menuliskan sebuah artikel yang berisi tentang tips windows, nah kali ini saya akan mencoba untuk membongkar suatu rahasia sebuah software, salah satu rahasia sebuah software tersebut adalah sertifikat software, pada tulisan saya kali ini saya akan memberitahukan bagaimana sih cara mengetahui sertifikat sebuah software itu? Hayooo, pasti pada penasaran kan?  caranya begini lho kawan pembacaku. Tidak sulit kok kawan cukup mudah sekali, kita hanya memerlukan waktu beberapa klik saja, cara saya ini memiliki tujuan dan kegunaan. Emm, tujuan saya ini salah satunya adalah bisa mengetahui sertifikat suatu software, bagi kawan pembaca yang softwarenya tidak bersertifikat berarti kalian harus ganti yang bersertifikat. Biasanya software yang tidak bersertifikat akan membahayakan komputer/laptop kalian kawan. Ada tujuan lainnya juga lho, untuk mengetahui details sertifikat software dan kita bisa install sertifikat software tersebut, jika kita sudah install sertifikat tersebut maka software yang kita gunakan akan lebih maksimal kinerjanya dan tidak akan membahayakan komputer/laptop kita. Dalam cara saya ini salah satunya untuk menginstall sertifikat, mengetahui lebih jelas tentang sertifikat software, dapat memberi e-mail sendiri pada software, dan lainnya. Ayo kawan pembaca yang ingin tahu sertifikat softwarenya masing-masing bisa kita baca disini. Cara mengetahui sertifikat sebuah software sebagai berikut kawan : (1) Klik kanan pada software yang akan diketahui sertifikatnya (contohnya IDM), (2) Klik Properties dan akan muncul kotak baru, (3) Pindah/klik pada menu Digital Signatures, (4) Pada Signature List, sobat klik lalu klik lagi Details dan akan muncul kotak baru lagi, (5) Pada E-mail, kita beri saja e-mail kita dan kita repackage software tersebut dan share ke teman-teman kita agar kita dikira membuat software tersebut hehe...(6) Kita klik View Certificate dan akan muncul kotak baru lagi, (7) Pada kotak baru tersebut terdapat button Install Certificate..., sobat install aja kalau sobat ingin (kalau install tinggal klik Next terus sampai finish dan klik OK), (8) Pindah/klik menu Details, sobat akan bisa mengetahui version sertifikat, serial number sertifikat, dan lain-lain dan langkah yang terakhir (9) Kita dapat otak-atik sesuai keinginan kita. Selesai deh kita membuat sertifikat softwarenya. Mudah kan kawan pembacaku, kita coba bersama-sama yuk, tidak perlu susah-susah kan kawan  Gimana kawan? Menarik kan. Pantengin terus ya artikel saya. Jangan sampai gak baca lhoo. Hehe... Tunggu artikel saya selanjutnya ya kawan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Amin

Bagaimana Tuna Daksa Belajar ?

Nur Rofiqoh

Tuna daksa sering disebut dengan cacat. Cacat disini dalam artian memiliki anggota tubuh yang tidak lengkap yang menjadikan kemampuan geraknya terbatas. Selain anggota tubuhnya yang tidak lengkap, bisa juga kemampuan gerak sendinya yang terbatas, ataupun hambatan lain yang mengganggu aktifitasnya. Sehingga orang- orang tuna daksa seringkali kesulitan dalam menjalankan aktifitas sehari- harinya. Tuna daksa bisa dialami oleh seseorang dari sejak lahir atau karena suatu hal. Misalnya saja ketika lahir anak tersebut normal layaknya anak- anak yang lain. Akan tetapi ketika menginjak usia remaja terjadi sesuatu yang menyebabkan anak tersebut mengalami kecacatan. Contohnya infeksi atau kondisi yang tak terduga seperti terpaksa harus diamputasi karena kecelakaan atau karena adanya suatu penyakit. Untuk anak- anak dengan tuna daksa, ada sekolah yang khusus diperuntukkan bagi mereka. Sekolah itu adalah Sekolah Luar Biasa jenis D atau SLB D. SLB ini khusus untuk para tuna daksa. Untuk pembelajarannya pun disesuaikan dengan kondisi siswanya. Ada beberapa metode yang digunakan guru di SLB D untuk mengajar siswanya. Misalnya saja dengan ceranah, mengadakan diskusi, dan juga ditambah dengan praktek. Ruang kelas untuk tuna daksa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membantu untuk perkembangan otak siswa itu sendiri. Misalnya saja dengan banyak memasang banyak gambar dengan berbagai warna sehingga terlihat menarik dan memberi suasana yang nyaman bagi siswa dalam belajar. Fasilitas untuk anak tuna daksa pun disesuaikan dengan kondisi mereka. Misalnya saja membuat lantai ruang kelas rata tanpa tonjolan untuk memudahkan siswanya yang memakai kursi roda. Fasilitas yang disediakan pun sangat lengkap. Pembelajaran aktif untuk SLB D hanya berlangsung 5 hari saja. Setiap ruang kelasnya pun diisi dengan sedikit siswa. Hanya berkisar antara tujuh sampai 12 siswa dengan dua sampai tiga orang staf pengajar. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan efektif, dimana setiap staf pengajar bisa memegang tiga atau empat orang siswa. Selain itu perkembangan siswa itu sendiri juga lebih terpantau. 

Fenomena Sekolah Alam

Ferlina Khoirun Nisa

Halooo gaaaaan, saya datang lagi dengan artikel baru ya tentunya. Walaupun agak telat tapi jangan bosen membaca artikel saya yaaaa. Oke langsung aja, dalam pembahasan kali ini saya akan membahas tentang fenomena sekolah alam. Saya mencoba menelaah fenomena kemunculan sekolah alam sebagai suatu antitesis yang muncul karena ada ‘ketidakberesan’ dalam sistem pendidikan yang terwujud dalam bentuk sekolah-sekolah konvensional. Dalam arti bahwa adanya sekolah ala mini muncul karena adanya sebuah kesan buruk yang ada di sekolah-sekolah konvensional. Jika kita melihat dari latar belakang sekolah alam yang ada, saya mencoba melihat bahwa kemunculan Sekolah Alam sebagai lembaga pendidikan alternatif adalah adanya kondisi yang kurang manusiawi akibat penindasan yang sudah membudaya di sekolah-sekolah konvensional. Seperti dalam halnya sekolah konvensional yang terkesan menindas siswanya seperti tes ujian ahir yang mengharuskan siswa menjawab semua jawaban sesuai dan persis dengan jawaban yang sudah dipersiapkan oleh pihak pembuat soal. Hal ini bisa dibilang sebagai sarana penindas mental siswa. Maka dari itu kesan pertama yang dimunculkan oleh siswa-siswa sma setelah lulus adalah dengan coret-coret. Kesan ini dilakukan oleh mereka karena seperti perayaan mereka keluar dari penjara, jadi seakan-akan hal ini adalah luapan kegembiraan siswa-siswa karena lepas dari penindasan pendidikan yang telah mereka lalui. Karena sekolah konvensional memiliki kesan yang seperti penjara, maka muncullah ide-ide untuk adanya pendirian sekolah yang memberikan kesan menyenangkan bagi siswanya. Sekolah Alam muncul sebagai bentuk perkembangan kesadaran sehingga mampu mencapai apa yang disebut sebagai kesadaran kritis dimana salah satu cirinya ditandai dengan menciptakan sebuah sistem baru yang berbeda dengan sistem yang lama. Ada kesadaran yang muncul bahwa ada yang harus dilakukan untuk mengubah sistem pendidikan yang berkesan menakutkan, Poin yang perlu digarisbawahi adalah kesadaran kritis tidak akan cukup membebaskan apabila tidak disertai dengan pengorganisasian ke dalam bentuk nyata. Perubahan harus terjadi dari pemikiran dasar orang-orang bahwa sekolah itu untuk belajar dengan menyengkan, bukan malah menakutkan. Namun sekolah Alam tetaplah seperti sekolah konvensional. Dalam hal ini lahirnya sebuah sekolah formal yang bernama Sekolah Alam sebagai reaksi dari pendidikan nasional yang diwakili oleh sekolah konvensional.

Memotret Kegiatan di LPK Terbaik

Alfi Setiani

Masih membicarakan mengenai Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) minggu-minggu lalu saya sudah membahasa banyak mengenai LPK, kurang afdol rasanya jika tidak mengintip kegiatan apa saja yang dilakukan di LPK terbaik, yaitu Magistra Utama. Lembaga ini sudah berdiri selama 18 tahun, tepatnya 1 Juni 1996 lembaga ini berdiri. Dengan sudah membuka 12 cabang diberbagai kota besar di Indonesia. Lembaga ini membuka pembelajaran atau kegiatan pelatihan selama 1 tahun. Jurusan di lembaga ini ada beberapa macam antar lain, Akuntansi perusahaan dan perpajakan, Perbankan dan Keuangan, Administrasi Perkantoran dan Ekspor Impor, Sekretaris dan Manajemen, Perhotelan dan Pariwisata, Asisten Paramedis dan Perawatan Kesehaan, Komputer Administrasi Rumah Sakit, Manajemen Informatika dan Desain Web, Desain Grafis dan Digital Fotografi, Teknisi Komputer dan Teknisi Jaringan, Teknik Otomotif, Manajemen Resto dan Usaha Kuliner. Dari dua belas jurusan tersebut untuk administrasinya berbeda-beda tergantung kegiatan apa saja yang digunakan dalam pembelajaranya. Dalam kegiatan pembelajaran Magitra Utama memberikan pelayanan kepada peserta sebagai centre of empowerment (Skill, character dan Entrepreneur) sebagai resources Empowerment dimana posisi ini memberikan setiap peserta didik diberikan suatu bekal demi menghadapi tantangan dan memenuhi kebutuhan era sekarang, diantaranya yaitu Skill – Knowledge dimana lembaga ini memberikan bekal yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industry, kemudian yang kedua adalah Character dalam pembelajaran yang dilakukan di Magitra utama haruslah membentuk the winning character, dimana lulusan MU harus memiliki kepribadian yang hormat, santun, baik, jujur, disiplin, pekerja keras sesuai kebutuhan perusahaan pencari kerja, dan yang terakhir yaitu Entrepreneurship Melalui kegiatan Unit Support Skill (USS) dan Unit Support Entrepreneur (USE) dan bekal pelatihan kewirausahaan dipersiapkan untuk memiliki kesiapan untuk menjadi pribadi mandiri, siap berwirausaha. Magistra Utama merupakan salah satu LPK terbaik dengan segudang prestasi yang diembanya, anaar lain Juara 1 Nasional 2010 Jambore 1000 PTK-PNF, Juara Nasional 2009, Juara Nasional 2008, Lembaga Berkinerja "A", Peraih Anugerah Vidya Karya Bhakti 2008, Instruktur Bersertifikat CLCP, Penerima Penghargaan dari Menteri, Menerapkan Sistem ISO 9001:2008, Duta Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Indonesia, dan masih banyak lagi. Kemudian di lembaga ini juga memberikan layanan kepada alumni untuk memastikan bahwa alumni berstatus Puas - Tuntas - Mahir - Terampil, dan berhasil meraih pekerjaan. Layanan tersebut berupa, Program Linear Skill Development, Program General Skill Development, Penyaluran di Magistra Utama Corp dan Unit Support Skill (USS) & Unit Support Entrepreneur (USE).

Kenapa Harus Sekolah Alam?

Ferlina Khoirun Nisa

Okeeeeeeeee agan agan, pembaca artikel saya yang paling setia *ciyee setia* ini adalah artikel saya entah yang keberapa ya, pokoknya tetep setia mantengin beranda artikel saya yang cantik ini oke. Oke deh kali ini saya akan mencoba membahas tentang sekolah alam lagi, namun dalam konteks sebab dan alasan kenapa harus sekolah alam. Sekolah Alam adalah reaksi pemunculan pendidikan kritis yang menjadikan peserta didik sebagai subyek aktif pembelajaran, bukan repeater dari kata-kata gurunya ataupun dari buku teks. Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi sebagai deskripsi atas realitas, pendidikan yang menghubungkan antara ‘mengetahui’ dan kemudian ‘merubah’ realitas. Pada akhirnya, proses pendidikan mampu menghantarkan anak didik dalam menemukan jawaban-jawaban dari masalah yang dihadapi yang belum terpikir solusinya. Dalam sistem pendidikan Sekolah Alam, anak-anak tidak disuapi materi-materi pengetahuan begitu saja, ketika akan membahas materi pelajaran, terlebih dahulu anak-anak akan diberikan lembar kerja kemudian mereka diharuskan mencari informasi tentang materi pelajaran tersebut, setelah itu baru didiskusikan di kelas bersama-sama. Sumber informasi tidak berasal dari satu buku teks sebagai pedoman materi, karena Sekolah Alam memang tidak menggunakan satu buku teks tertentu dengan alasan agar ilmu yang diperoleh tidak sempit dari satu sumber saja. Anak-anak bebas mencari dari sumber manapun, baik dari buku, internet, bertanya, ensiklopedia, perpustakaan, dan dari sumber lainnya, sehingga pengetahuan serta pemahaman anak mengenai suatu materi akan lebih kaya serta mendalam. Selain itu, hal ini dilakukan agar guru tidak menjadi sumber ilmu yang dianggap selalu benar, anak diajak untuk mengkritisi guru, bertanya dan mengemukakan pendapat apabila yang diajarkan guru berbeda dari yang anak-anak dapatkan. Sekolah Alam tidak serta merta menggunakan sistem pendidikan yang berbeda secara keseluruhan dari sistem pendidikan nasional. Mereka mengambil pandangan baik dari sistem lama dan dari pandangan baru. Praktisnya, Sekolah Alam tidak secara ekstrim langsung menolak kurikulum dan mata pelajaran dari kebijakan pendidikan nasional, tetapi Sekolah Alam memodifikasinya dengan pandangan baru, contoh praktisnya dalam hal ini adalah penggunaan kurikulum, peran guru, pelaksanaan metode pembelajaran dan ketrelibatan stakeholder selain guru dalam kegiatan pembelajaran. Sekolah Alam tidak serta merta ‘membuang’ kurikulum depdiknas, tetapi tetap menggunakan kurikulum nasional yang kemudian dimodifikasi sendiri untuk mencapai formulasi yang dirasa tepat. Selain itu, pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak menggunakan metode pembelajaran di sekolah konvensional, tetapi menggunakan metode pembelajaran british yang dirasa lebih variatif karena menggunakan banyak media yang atraktif dalam pembelajaran.

Saturday, October 25, 2014

Fungsi Pendidikan Non-formal Bagi Masyarakat

Tri Lestari Utami

Adanya pendidikan nonformal dimasyarakat membuat masyarakat merasakan manfaat hadirnya pendidikan nonformal ini. Kepedulian lembaga penyelenggara pendidikan nonformal ini terlihat dari semakin banyaknya pendidikan nonformal dididrikan. Hal ini tentu membuat masyarakat semakin senang dan terbantu akan adanya pendidikan nonformal ini. Sanggar, bimbel, kursus dll. Orang tua dan masyarakat yang tidak cukup anaknya atau dirinya mendapatkan pendidikan dari pendidikan formal saja membuat pendidikan nonformal ini menjadi salh satu wadah atau pilihannya. Adanya kursus dan lembaga pelatihan lainnya membuat masyarakat yang tidak memiliki keterampilan dan tidak memiliki finansial yang cukup untuk mendapatkan keterampilan di pendidikan formal yang membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus menempuh ke jenjang pendidikan yang tinggi, kursus dan lembaga pelatihan menjadi salah satu solusinya dengan mengikuti pelatihan ataupun kursus seseorang diajarkan keterampilan dan praktek langsung. keluaran atau lulusan dari lembaga kursus atau lembaga pelatihan ini memiliki bekal untuk bisa membuat usaha atau bekerja dibidangnya karena sudah memiliki keterampilan, seperti contoh seseorang yang mengikuti kursus menjahit, setelah dia lulus dari kursus itu dia sudah meiliki kemampuan menjahit dan dia dapat bekerja dikonveksi atu membuka jasa penjahitan sendiri. Hal ini yang kadang di pendidikan formal tidak diajarkan, sebagian besar pendiikan forrmal lebih banyak mengutamakan teori dari atau hanya pelajaran umum saja. Kalau sekolah kejuruan juga belum tentu se-intensif seperti di lembaga kursus atau lembaga pelatihan. Contoh lain yaitu lembaga pendidikan usia dini yang diadakan secara nonformal. Sekarang banyak peud yang didirikan, paud tidak hanya sekolah paud saja tapi juga penitipan anak termasuk pendiidkan usia dini. Adanya pendiikan usia dini membuat para ibu yang teralu sibuk dengan kariernya merasa terbantu akan adanya pendidkan usia dini ini, selain seorang ibu menitipkan anaknya tapi juga mereka tidak usah kawatir dengan penddidikan anaknya karena lembaga ini mendidik anak usia dini dengan kompeten. Itulah segelintir manfaat atau kegunaan yang dapt dirasakan masyarakat dengan adanya lembaga pendiidkan nonformal ini. Dan lanjutannya kan dibahas di artikel selanjutnya jangan bosen-bosen membaca artikel blog kami ya 

Kecil yang Bernilai

Nani Maryani

Beberapa artikel yang sudah saya buat pada pekan lalu hanya membahas mengenai kursus pada umumnya, kursus yang memang dibutuhkan untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan. Untuk kali ini, saya akan mengajak anda untuk menyumbangkan ide kreatif melalui kursus pelatihan kerajinan tangan kreasi daur ulang kertas koran. Pelatihan ini bisa diikuti sebagai dasar kita untuk memulai bisnis kerajinan atau hanya sekedar untuk mengisi waktu luang yang bermanfaat. Biasanya, sebuah koran, majalah, artikel, dan sebagainya yang sudah dibaca, akan diletakkan diatas meja tanpa difungsikan dengan baik hingga kemudian ujung-ujungnya akan bermuara pada tukang loak buku bekas. Kebanyakan orang tidak berpikir secara kreatif bagaimana caranya agar koran yang sudah kita gunakan dapat bermanfaat bahkan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Kursus pelatihan kerajinan tangan kreasi daur ulang kertas koran ini akan mengajarkan bagaimana cara mengolah koran atau sumber bacaan bekas yang lain untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai manfaat. Bisa dibuat menjadi tampat tissue, kotak pensil, dan sebagainya. Selain memberikan nilai jual pada koran bekas, kursus ini juga secara tidak langsung akan mengurangi sampah yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menumpuk, dan memberdayakan masyarakat yang tidak produktif. Jadi apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda yang penuh semangat?. Pastinya kita juga harus mempu menciptakan inovasi-inovasi baru yang sekiranya bermanfaat untuk orang lain. Berbagai kursus yang selama ini kita ikuti harus mempunyai inovasi baru baik berupa konten maupun metodenya. Sebuah metode yang digunakan dalam kursus akan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi konten yang akan diajarkan. Kursus pelatihan kerajinan tangan kreasi daur ulang kertas koran, tidak membutuhkan modal yang banyak untuk memulainya, juga tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam mencari bahan bakunya. Sehingga sangat dimungkinkan kursus ini akan menjadi terjangkau untuk masyarakan menengah kebawah yang ingin mempelajari keterampilan ini. Atau jika kita ingin membuat sebuah pengabdian kepada masyarakat di desa tertentu, justru akan semakin bagus. Kegiatan tersebut akan sangat berarti untuk mereka walaupun menurut kita mungkin sepele. Facebook : https://www.facebook.com/KreasiDaurUlangKertasKoran

Apa Itu Sertifikat Digital???

Naili Nikhla Septiyani

Salam sejahtera buat kita semua ya kawan pembacaku  bagaimana dengan kabar kalian saat ini? Semoga selalu diberi kesehatan ya kawan. Pasti kalian kangen kan dengan tulisan saya  jangan khawatir kawan, kali ini saya akan membahas tentang Sertifikat Digital. Apa itu sertifikat digital? Mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kalian. Apa mungkin ada yang belum tahu ya sertifikat digital itu? Tenang saja kawanku, ini aku akan menjelaskan apa sih sertifikat digital itu. Yuk kita memulai membahasnya. Mulai dari pengertiannya dulu ya kawan. Emmm, Sertifikat Digital atau Digital Certificates adalah setara izin mengemudi, surat nikah, atau bentuk lain dari identitas. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa sertifikat digital digunakan bersama dengan sistem enkripsi public key. Digital Certificates adalah file elektronik yang hanya bekerja sebagai paspor online. Digital Certificates dikeluarkan oleh pihak ketiga yang dikenal sebagai Certification Authority seperti VeriSign atau Thawte. Itu dia pengertiannya, mau lanjut lagi lebih dalam? Simak terus aja yak artikelnya  Dalam Sertifikat Digital ini memiliki dua fungsi dasar. Yang pertama yaitu untuk menyatakan bahwa orang-orang, website, dan sumber daya jaringan seperti server dan router merupakan sumber terpercaya, bisa dibilang sesuai dengan siapa atau apa yang menjadi tuntutan mereka. Fungsi kedua adalah untuk memberikan perlindungan bagi pertukaran data dari pengunjung dan website dari gangguan atau bahkan pencurian, seperti informasi kartu kredit. Sebuah sertifikat digital ini berisi nama organisasi atau individu, alamat bisnis, tanda tangan digital, public key, nomor seri, dan tanggal kedaluwarsa. Ketika kita sedang online dan browser web kita mencoba untuk mengamankan sambungan, maka sertifikat digital yang diterbitkan untuk website yang akan diperiksa oleh browser web untuk memastikan bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja serta kita dapat telusuri dengan aman. Sertifikat digital sangatlah berguna kan kawan? Kapan-kapan kita mencoba untuk membuatnya yuk?  dengan sertifikat digital kita bisa merasa aman dan tidak terlalu merasa khawatir lagi. Dengan kita menerapkan security dengan menggunakan sertifikat digital, tool ini sangat berguna lho kawan. Untuk dalam implementasi sertifikat digital, baik pada saat generate, implementasi maupun manajemen sertifikatnya. Tool tersebut sangat berguna bagi pengguna sertifikat digital, baik dari tingkatan yang pemula maupun sangat adcance. Bagaimana kawan? Anda tertarik kan untuk memiliki sertifikat digital ini  mungkin cukup sekian dulu ya? Tunggu tulisanku selanjutnya pasti akan lebih menarik lagi. See you next time ya kawan.

Sekolahnya Tuna Grahita

Nur Rofiqoh

Apa sih tuna grahita itu ? Sebagian dari kita pasti banyak yang belum tahu tentang tuna grahita. Tuna grahita bisa dikatakan sebagai orang- orang yang intelegensinya berada di bawah rata- rata dari normal atau sering disebut dengan keterbelakangan mental. Orang- orang dengan tuna grahita sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Anak- anak dengan tuna grahita sering dikatakan sebagai anak yang bodoh atau idiot dan sering diolok- olok karena keterbatasan yang dimilikinya. Anak- anak dengan tuna grahita dibedakan menjadi empat jenis, mulai dari yang ringan, moderat, berat, sampai parah. Orang tua yang memiliki anak penyandang tuna grahita tidak perlu khawatir dengan pendidikannya. Karena anak- anak tuna grahita ini dapat bersekolah di Sekolah Luar Biasa jenis C yang memang diperuntukkan khusus untuk anak- anak tuna grahita. Jenis Sekolah Luar Biasa ini dibedakan menjadi dua, yaitu SLB C dan SLB C-1. Sekolah Luar Biasa C (SLB C) itu diperuntukkan bagi anak- anak dengan tuna grahita ringan. Sedangkan Sekolah Luar Biasa C-1 (SLB C-1) diperuntukkan bagi anak- anak dengan tuna grahita moderat. Dimana individu dapat dilatih untuk merawat dirinya sendiri sampai dengan dilatih untuk bekerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Untuk SLB C metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar adalah metode ceramah seperti sekolah pada umumnya. Disini guru bisa melakukan tanya jawab, menggunakan alat peraga, dan membuat pelaporan kinerja tiap minggunya untuk mengetahui perkembangan siswanya. Selain itu diberikan juga reward pada siswa yang telah bersikap baik dan disiplin. Sedangkan untuk SLB C-1 metodenya juga sama dengan SLB C, yaitu ceramah. Akan tetapi ceramah yang dilakukan disini lebih intensif dengan menggunakan kontak mata yang baik dan isyarat serta suara yang jelas. Sebisa mungkin guru menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa. Lama waktu mengajarnya untuk SLB C sekitar 30 sampai 35 menit. Sedangkan untuk SLB C-1 bisa mencapai 120 menit. Pembelajaran untuk SLB C-1 memang lebih lama karena ditujukan agar pembelajarannya efektif. 

Ke Jepang dengan LPK

Alfi Setiani

Jepang, siapa yang tidak pernah mengetahui Negara ini. Negara yang merupakan salah satu yang terkuat di dunia dengan kemajuan yang luar biasa di bidang ekonomi dan teknologinya, banyak orang di dunia yang melirik Jepang sebagai Negara untuk mencari pekerjaan. Selain karena mempesona juga karena penghasilan yang diperoleh cukup besar terlebih untuk orang Indonesia. Terbukti semakin marak dibukanya lebaga pelatihan maupun kursus yang memberikan program pemagangan di Jepang. Dalam konsep pemagangan di Jepang ini menggunakan sistem pendidikan dan pelatihan ketrampilan di Jepang yang merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang menopang perkembangan ekonomi suatu negara, melalui pengalihan teknologi dan ketrampilan ke para pemagang pendidikan dan pelatihan ketrampilan. System ini juga memiliki keunggulan atau kelebihan seperti, peningkatan dan perbaikan kehidupan bekerja pemagang, melalui penerapan kemampuan ketrampilan yang diperolehnya setelah kembali ke negaranya, peningkatan kontrol kualitas, peningkatan disiplin, kesadaran akan biaya di perusahaan tempat pemagang nantinya bekerj sertaa memperkuat hubungan internasional, globalisasi, kontribusi ke masyarakat internasional. Banyak LPK yang membuka program pemagangan ke Jepang salah satunya adalah PT. Minori yang secara khusus memberikan fasilitas yang cukup memadai untuk peserta didik agar bisa magang di Jepang. Untuk menjadi peserta didik dengan program magang ke Jepang harus memenuhi beberapa persayaratan, yaitu ijazah SMA sederajat dan yang paling penting adalah tidak memiliki cacat fisik atau gangguan mental suatu apapun. Program ini bukan hanya ditujukan untuk laki-laki saja namun perempuan juga bisa mengikuti program ini. Untuk mendaftar pemagangan ke Jepang biasanya menunggu lowongan terlebih dahulu kemudian mengikuti seleksi yang telah ditetapkan. Keuntungan yang diperoleh dari magang di jepang ini tentu saja yang pertama memiliki kemampuan berkomunikasi bahasa Jepang kemudian yang kedua memili sikap dan perilaku orang Jepang yang menekankan pada kedisiplinan dan yang terakhir memiliki kemampuan yang telah diash di Jepang selama 3 tahun magang. PT. minori juga sudah menggandeng beberapa perusahaan Jepang yang tentu saja terpecaya dalam membinan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Program dari LPK ini sangat bermanfaat, terlebih untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia sendiri. Dari jepang banyak pelajaran yang didapatkan, dengan kultur kedisiplinanya diharapkan peserta didik dapat menerapkanya di Indonesia. PT. Minori ini juga memberikan fasilitas serta program Follow up bagi peserta yang sudah selesai mengikuti pemagangan di Jepang.

Mengupas Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013 #part4

Kiswah Amalia

Hai Kawan, Alhamdulillah kita bisa bertatap kata lagi, setelah seminggu kemarin artikel ketiga saya mengalami penurunan mutu, semoga artikel yang ini bisa lebih berkenan untuk dibaca. Kemarin kita membahas tentang pasal 9 yang membahs tentang teknis pembelajaran di Program Profesi Guru ini, sekarang kita ke pasal 10 yang akan mebahas tentang beban SKS yang harus ditanggung Peserta PPG, beban SKS ini ditentukan berdasarkan latar belakang studi S1 dan penempatan penugasan (satuan pendidikan), pasto sudah penasaran ya? Selamat Membaca. Pertama, untuk menjadi seorang Guru PAUD (TK/RA/TKLB), jika anda seorang lulusan PGTK dan atau PGPGAUD maka anda hanya memilki beban 18 sampai 20 SKS saja. Namun, jika anda bukan seorang lulusan S1 /DIV kependidikan PGTK dan atau PGPGAUD maka anda memiliki beban SKS sebanyak 36 sampai 40 SKS. Jadi untuk anda para S1 kependidikan namun bukan PGTK dan PGPAUD maka anda harus lebih sabar untuk menjalani program profesi ini. Selanjutnya, jika anda menginginkan menjadi Guru SD/MI/SDLB dan anda merupakan lulusan S1/DIV PGSD dan PGMI maka anda hanya memiliki beban 18 sampai 20 SKS, namun jika anda seorang lulusan S1 Kependidikan non PGSD/PGMI anda memiliki beban SKS sebanyak 36 sampai 40 SKS. Sehingga secara tidak langsung tersirat bahwa S1 nonkependidikan tidak bisa menjadi Guru SD/MI/SDLB. Poin Ketiga, ada kabar bahagia untuk anda para Lulusan S1 Psikologi karena anda bisa menjadi Guru TK/RA/PAUD/SD/MI/SDLB melalui Program profesi Guru dengan beban 36 sampai 40 SKS. Ketentuan terakhir, untuk menjadi seorang Guru sekolah menengah (SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB/SMK/MAK) anda hanya perlu memiliki beban 36 sampai 40 SKS baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun nonkependidikan. Dalam peraturan ini pemeintah menyamakan beban SKS yang harus diambil oleh S1 kependidikan dan nonkependidikan. Selanjutnya untuk ketentuan penjabaran beban kedalam pendistribusian mata kuliah diatur oleh LPTK yang bersangkutan. Setelah mengetahui tentang beban SKS yang harus diambil, anda juga harus mengetahui bahwa Uji Kompetensi dilakukan oleh LPTK diakhir program PPG, dan apabila anda lulus Uji Kompetensi maka anda akan mendapatkan sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh LPTK. Dan sebutan Profesional yang disingkat dengan Gr akan ditempatkan dibelakang nama anda (pasal 14). Sekian ulasan tentang Permen no.87 tahun 2013 tentang pendidikan rofesi Guru, walaupun tulisannya tak beraturan dan ambigu semoga dapat memeberi manfaat untuk kita. Sampa bertatap kata minggu depan. Terimakasih sudah membaca.