Friday, October 3, 2014

Seragam Sekolah dan Satus Sosial

Abdul Jabar

Pada dasarnya seragam diterapka agar terciptanya kesetaraan bersosial pada saat di sekolah, seragam juga difungsikan sebagai suatu kode pada jenjang sekolah, akan tetapi seragam sebenarnaya juga tidak bisa menutupi perbedaan status ekonomi siswa. Pakaian hanya sebagaian kecil dari kategori kelas ekonomi siswa. Sedangkan jika dilihat dari perspektif metode pendidikan, penggunaan seragam pakaian tidaklah tepat. Metode itu cendrung bersifat tidak alami, dan malah menjauhkan siswa dari realitas persoalan hidup sebenarnya. Padahal siswa menemukan lingkungan yang sangat berbeda di luar sekolah yaitu di rumah saat berhubungan dengan masyarakat. Baru melangkahkan kaki lewat pagar saja mereka akan segera menemukan realitas sesungguhnya tentang keberagaman latar belakang ekonomi mereka. Sepeti biasanya, diantara mereka ada yang pulang pergi naik angkutan umum, sepeda atau sepeda motor. Tetapi di sekolah-sekolah tertentu banyak diantara mereka yang dijemput dengan mobil-mobil mewah dengan merk ternama seperti Mercedez Benz, BMW, Volvo dan Jaguar. Alat transportasi untuk pelajar dirasa juga perlu untuk disosialisasikan. Selain pakaian ada banyak hal yang bisa membedakan status ekonomi mereka, mulai dari sepatu, tas, ikat pinggang, sampai telepon selular. Apakah hal-hal seperti ini perlu diseragamkan pula? Kalau selama ini tidak, hal ini sangat berpengaruh terhadap mereka dibanding pakaian. Berkaitan dengan perkembangan kepribadian siswa, pemberlakuan seragam merupakan tindakan yang bersifat kurang menjaga prifasi. Karenanya penyeragaman bisa menghambat dan menekan perkembangan wilayah kejiwaan yang berkaitan dengan kemampuan-kemampuan tersebut. Siswa menjadi terbiasa untuk diatur tersistem, dipilihkan dan diatur oleh “kekuasaan” di atasnya. Penyeragaman juga tidak sebanding dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Siswa akan terbiasa dengan suasana ketunggalan dan tidak akrab dengan suasana keberagaman. Yang baik, yang solider, yang menjunjung kebersamaan adalah yang seragam. Yang tidak seragam adalah tidak baik, tidak solider dan tidak menjunjung kebersamaan. Dilihat dari berbagai persoalan di atas maka pemberlakuan seragam sekolah sebenarnya bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan yaitu penyadaran, pengembangan, pemberdayaan, pemerdekaan, pembebasan, pemanusiaan. Akibatnya pemberlakuan seragam mempunayi kontribusi terhadap munculnya individu-individu yang tidak sadar atas dirinya sendiri, tidak berkembang, tidak berdaya, tidak merdeka, tidak bebas dan tidak menjadi manusia yang mandiri. Individu yang tidak berani menentukan pilihannya sendiri, tidak berani berbeda, tidak biasa menghadapi dan menghormati perbedaan, hanya ikut bergabung terhadap lingkungannya, atau patuh dan taat terhadap kekuasaan yang mengendalikan segalanya.

No comments:

Post a Comment