Sunday, October 26, 2014

Bagaimana Tuna Daksa Belajar ?

Nur Rofiqoh

Tuna daksa sering disebut dengan cacat. Cacat disini dalam artian memiliki anggota tubuh yang tidak lengkap yang menjadikan kemampuan geraknya terbatas. Selain anggota tubuhnya yang tidak lengkap, bisa juga kemampuan gerak sendinya yang terbatas, ataupun hambatan lain yang mengganggu aktifitasnya. Sehingga orang- orang tuna daksa seringkali kesulitan dalam menjalankan aktifitas sehari- harinya. Tuna daksa bisa dialami oleh seseorang dari sejak lahir atau karena suatu hal. Misalnya saja ketika lahir anak tersebut normal layaknya anak- anak yang lain. Akan tetapi ketika menginjak usia remaja terjadi sesuatu yang menyebabkan anak tersebut mengalami kecacatan. Contohnya infeksi atau kondisi yang tak terduga seperti terpaksa harus diamputasi karena kecelakaan atau karena adanya suatu penyakit. Untuk anak- anak dengan tuna daksa, ada sekolah yang khusus diperuntukkan bagi mereka. Sekolah itu adalah Sekolah Luar Biasa jenis D atau SLB D. SLB ini khusus untuk para tuna daksa. Untuk pembelajarannya pun disesuaikan dengan kondisi siswanya. Ada beberapa metode yang digunakan guru di SLB D untuk mengajar siswanya. Misalnya saja dengan ceranah, mengadakan diskusi, dan juga ditambah dengan praktek. Ruang kelas untuk tuna daksa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membantu untuk perkembangan otak siswa itu sendiri. Misalnya saja dengan banyak memasang banyak gambar dengan berbagai warna sehingga terlihat menarik dan memberi suasana yang nyaman bagi siswa dalam belajar. Fasilitas untuk anak tuna daksa pun disesuaikan dengan kondisi mereka. Misalnya saja membuat lantai ruang kelas rata tanpa tonjolan untuk memudahkan siswanya yang memakai kursi roda. Fasilitas yang disediakan pun sangat lengkap. Pembelajaran aktif untuk SLB D hanya berlangsung 5 hari saja. Setiap ruang kelasnya pun diisi dengan sedikit siswa. Hanya berkisar antara tujuh sampai 12 siswa dengan dua sampai tiga orang staf pengajar. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan efektif, dimana setiap staf pengajar bisa memegang tiga atau empat orang siswa. Selain itu perkembangan siswa itu sendiri juga lebih terpantau. 

No comments:

Post a Comment