Friday, November 28, 2014

Tempat Pendidikan Al-Qur’an

Tri Lestari Utami
Facebook : Tri Lestari Utami

            Tempat pendididikan Alqur’an atau sering disingkat TPA tapi jangan salah kalau TPA itu adalah tempat penitipan anak. Tempat pendidikan al-qur’an adalah salah satu lembaga pendidikan non formal yang biasanya berada di setiap desa. Untuk kebanyakan TPA ini biasanya berisi anak usia sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Biasanya pelakasanaan TPA ini tidak setiap hari tergantung dari lembaga tersebut. Biasanya pelaksanaan ini sehabis sepulang sekolah formal. Dan biasanya materi yang diajarkan mulai dari membeca huruh Arab dari nol biasanya seorang anak TK juga sudah masuk pendidikan ini.
            Pendidikan yang dilaksanakan disini mengajarkan tidak hanya Alquran saja tapi juga pendidikan agama lainnya . biasanya jenjangnya setelah Iqro selesai sampai jilid 6 maa akan dilanjutkan dengan membaca Alqur’an. Dan selanjutnya jika sudah khatam alqur’an maka dilanjutkan dengan madrasah dengan materi pembelajaran seputar agama. Dengan materi seperti aqidah, akhlak, fiqih juga dengan mengkaji kitab juga tidak ketinggalan pembelajaran Alqur’an . pendidikan alquran disini mendidik anak untuk memiliki karakter tidak hanya pelajaran atau akademik saja tapi lebih ditekankan pada pendidikan akhlak dan karakter. Tujuan dari tempat pendidika alqur’an disini adalah diharapkan anak-anak yang belajar disini nantiya menjadi manusia yang taqwa dan iman, serta diharapkan peserta didik mampu menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan atau syari’ah yang diajarkan. Dengan adanya pendidikan Alqur’an ini diharapkan mampu menjadi penunjang selain siswa mendapatkan pendidikan formal di sekolah dasar.
            Tempat pendidikan Alquran adalah suatu lembaga pendidikan nonformal yang sangat membenatu anak untuk mendapatkan pendidikan akhlak dan pendidikan religius atau keagamaan. Dengan adanya pendidikan non formal ini selain harganya lebih murah dibandingkan dengan pendidikan formal. Dengan adanya TPA masyarakat sangat merasakan manfaatnya, anak-anak emnjadi bisa belajar lebih dalm tentang agama juga dapat mengisi waktu senggang anak. Menjadikan anak tidak melakukan hal-hal negatif karena seorang anak akan pergi ke tempat Pendidika alqur’an ini. Sekian artikel untuk minggu ini untuk selanjutnya terus ikuti artikel selanjutnya yak .. tetap semangat J

Pendidikan Karakter Demokratis

Adidtia Ari Kuncoro

           Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos yang artinya adalah rakyat dan pemerintahan. Pendidikan karakter demokratis ini diharapkan agar siswa bisa berkembang dengan baik. Karakter demokratis memiliki karakter sebagai sebagai berikut: sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan  dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, cerdas, berbudi pekerti yang luhur, mencintai Bangsanya dan mencintai sesama manusia, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,  setia kawan, percaya pada diri sendiri, sikap menghargai jasa para pahlawan, inovatif dan kreatif, serta berorientasi ke masa depan. Ciri-ciri karakter tersebut secara normatif dapat diterima oleh semua kalangan. Persoalannya, bagaimana mengukur keberhasilan pencapaian ciri-ciri positif karakter tersebut, tampaknya tidak terselesaikan hingga gerakan reformasi bergulir. Pembentukan karakter warga negara cenderung sebagai retorika pembangunan seperti dalam jargon membangun manusia Indonesia seutuhnya sebagai bentuk pengamalan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter demokratis ialah untuk membentuk kemampuan:
a.berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.
b.berpartisipasi secara secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan      bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c.pembentukan diri yang didasarkan pada karakter-karakter positif masyarakat Indonesia dan masyarakat       dunia yang demokratis.

                Dan pendidikan karakter demokratis sudah di terapkan di berbagai jenjang pendidikan yang adadi Indonesia. Dapat kita lihat melalui tata tertib yang ada di sekolah bahwa jika saat sekolah setiap siswa harus memakai sepatu yang sama. Namun, pendidikan karakter ini tidak serta merta langsung berhasil. Dalam kelas kadang guru membagi-bagi kelompok yang "pintar" dan yang "bodoh". Jadi si guru menganggap seorang murid yang memiliki kemampuan kurang tersebut dengan sebelah mata. Dan sewaktu saya SMA dulu ada seorang guru yang jarang sekali masuk kelas, dan saat masuk kelas hanya memberikan tugas yang materinya belum pernah ia ajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter sudah diterapkan di dalam sekolah namun, belum adanya kesadaran dari siswa maupun dari guru yang terkait.  

Thursday, November 27, 2014

Wadah Pengembang Generasi Bangsa

Ferlina Khoirun Nisa

            Heloooooooooo.. kembali lagi dengan sapaan hello dari saya si penulis abal-abal hehe. Artikel ini entah yang ke berapa, karena sudah dikejar oleh si editor yang cerewet sekali nagih hutang artikel. Jadi, saat ini juga, saya si penulis abal-abal akan menjabarkan kembali mengenai tema yang sama dari kemarin yaitu tentang sekolah non-formal. Sekolah adalah wadah dari generasi bangsa kedepan, untuk itu perlu adanya penanganan yang baik dan terurus.
            Pada dasarnya, sekolah itu hanya wadah yang secara terencana dan terstruktur yang berguna untuk membantu generasi penerus mengembangkan potensinya dengan cara belajar. namun, belajar juga bisa dimana saja dan kapan saja. Peran sekolah memang sangat penting dalam proses anak menuju kesuksesan, tapi tidak semua siswa bisa sukses masa depannya hanya karena belajar di sekolah. Ini yang masih menjadi luka lama dari sekolah itu sendiri. Bahkan bisa dibilang kulaitas pendidikan seseorang tidak signifikan dengan kemampuan mencari jodoh.
            Dalam hal ini tidak bisa mengambil persepsi mana yang salah dalam prosesnya. Tidak bisa menyalahkan pihak sekolah atau guru atau muridnya. Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pihak bahwa pembelajaran yang terpenting adalah pembelajaran yang didapat sedari dalam kandungan, dan dalam perkembangannya juga harus ada pihak yang dapat mengangkat potensi terpendam dari seorang siswa. Dalam hal ini sekolah non-formal dirancang untuk menggali potensi siswa. Dalam sekolah non-formal siswa diberi pelajaran yang mengarah pada diri siswa, yang berguna bagi masa depan muridnya dalam menghadapi dunia luar yang belum menjadi dunianya.

            Sekolah non formal dirasa sesuai untuk generasi bangsa dalam mengembangkan potensinya. Untuk menhadapi dunia luar yang belum mereka ambah. Siswa dari awal sudah dibekali kemampua-kemampuan dasar yang tersirat dari pembelajaran yang mereka terima. Untuk itu, generasi bangsa memang membutuhkan wadah yang bisa memberikan ilmu baik ilmu hayati maupun non hayati, yang bisa berguna bagi kesuksesan mereka mengahdapi dunia.

Bagaimana Pendidikan Anak Berkelainan Ganda ?

Nur Rofikoh
ikohnunu24@gmail.com

Apa yang terbesit dalam pikiran Anda ketika melihat seorang anak yang tidak bisa melihat sekaligus tidak bisa mendengar ? Menyedihkan bukan ? Sebagian dari anda mungkin akan menganggap bahwa mereka pasti akan sulit untuk menghadapi dunia ini. Sebenarnya tidak ada yang sulit di dunia ini. Individu itu sendirilah yang menentukan sulit atau tidaknya. Seperti anak- anak yang berkelainan ganda atau tunaganda, meskipun mereka terlihat sangat kesulitan dalam menghadapi aktifitasnya, tetapi mereka tidak berbeda dengan anak- anak normal lainnya. Misalnya saja dalam pendidikan. mereka tetap bisa mengenyam pendidikan.
Untuk pendidikan, anak- anak tunaganda dapat bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) jenis G yang memang diperuntukkan bagi anak- anak tunaganda. Untuk proses pembelajarannya maupun fasilitasnyapun disesuaikan dengan kebutuhan anak- anak tersebut. Setiap tenaga pendidik di SLB ini dituntut untuk bisa benar- benar memahami karakteristik dari setiap anak didiknya. Untuk metode pembelajarannya, di SLB ini menggunakan metode gabungan dari berbagai metode yang digunakan untuk tiap jenis SLB. Sehingga metode pembelajaran untuk SLB jenis ini sangatlah kompleks jika dibandingkan yang lain. Dan tentu saja tugas dan peran tenaga pendidiknya menjadi lebih sulit lagi jika dibandingkan dengan jenis SLB yang lain.

Di SLB ini juga dilakukan pelatihan fisik dan mental sama halnya dengan jenis- jenis SLB lainnya. Karena pelatihan ini wajib untuk semua jenis SLB. Dengan dilakukannya pelatihan- pelatihan ini diharapkan untuk ke depannya anak- anak yang memiliki kelainan tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya layaknya orang normal. Untuk proses pembelajarannya sendiri disini juga sangat diperhatikan. Semua hal diperhatikan, sampai hal mendetail sekalipun. Sehingga kebutuhan mereka untuk pendidikannya benar- benar terpenuhi. Jadi, jangan pernah kita memandang sebelah mata anak- anak yang memiliki kelainan atau berbeda dari kita yang orang normal (dalam hal fisik dan mental). Karena dengan perhatian yang lebih dan memadai mereka dapat hidup layaknya orang normal lainnya dengan adanya kekurangan itu.

Sertifikat Deposito

Naili Nikhla Septiyani
@Nayli_Nikhla

Hay kawan pembacaku, gimana kabarnya nih? Pasti baik kan J artikel yang kemarin gimana, sudah membacanya kan kawan? Menarik kan isinya? Hehee... yuk kita lanjut ke artikel selanjutnya. Kali ini saya akan menulis tentang apa ya? Maunya kawan pembaca gimana? Hahaa... Masih sama kok kawan, mengenai sertifikat juga. Saya akan membahas tentang Sertifikat Deposito. Ada yang sudah pada tahu belum? Kalian penasaran?? Sama, aku juga J. Langsung saja yuk apa sih Sertifikat Deposito itu? Sertifikat Deposito atau bisa disebut (certificate of deposit/CD) adalah deposito berjangka yang dibayarkan pada akhir jangka waktu yang telah ditentukan. Sertifikat deposito ini pada umumnya membayar tingkat bunga tetap dan juga menawarkan bunga yang berbeda dari jenis deposito yang lainnya. Jika deposito ini ditarik sebelum akhir waktu yang diperkenankan maka biasanya dikenakan suatu denda. Sertifikat diposito dijual pada nilai diskonto dan menjadi instrumen pasar uang yang dapat ditransfer ke orang lain (negotiable instrument). Kita lanjut lagi yuk kawan. Jangan bosan-bosan ya membacanya J
Sertifikat Deposito juga dapat diartikan sebuah produk bank yang hampir sama dengan deposito, namun berbeda prinsipnya kawan. Sertifikat Deposito juga merupakan instrumen utang yang dikeluarkan oleh bank dan suatu lembaga keuangan lain kepada seorang investor. Itu digunakan sebagai pertukaran peminjaman uang institusi untuk masa waktu yang telah ditentukan, investor tersebut mendapatkan hasil berupa suku bunga yang cukup tinggi lho kawan. Ini ada juga perbedaan Sertifikat Deposito dengan Deposito lho kawan. Pada tahu belum apa sih perbedaannya. Yuk simak lagi artikelnya. Perbedaan antara Sertifikat Deposito dengan Deposito antara lain (1) Bunga sertifikat deposito bisa diperhitungkan dimua kawan (2) Sertifikat Deposito diterbitkan atas unjuk, sedangkan jika deposito diterbitkan atas nama. Jadi pemegang Sertifikat Deposito siapapun dia, dapat mencairkan dana dalam Sertifikat Deposito tersebut (3) Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan dan dipindah tangankan lho kawan dan (4) Sertifikat Deposito tidak dapat diperpanjang secara otomatis. Itu dia kawan perbedaannya.
Selain ada perbedaan antara Sertifikat Deposito dengan deposito tersebut juga ada keuntungannya kawan. Ini dia keuntungan dari Sertifikat Deposito yaitu (1) Perhitungan bunga dimuka, sehingga bunga yang diperoleh dapat diinvestasikan lagi ke tempat yang lain kawan (2) Tingkat suku bunganya yang menari, lebih tinggi dari deposito biasa (3) Dapat digunakan sebagai jaminan kredit dan dapat diperjual belikan secara bebas dan yang terakhir (4) Dijamin oleh suatu Lembaga Pinjaman Simpanan (LSP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gimana kawan, cukup jelaskah dan tambah ilmu dong pastinya J mengenai artikel saya tentang Sertifikat Deposito. Dipahami ya kawan, kalau sudah paham ikutan buat Sertifikat Deposito yaaa. Sudah cukup dulu ya kawan, kita lanjut ke artikel selanjutnya. Thanks You J


Sekolah Non Formal sebagai Jalur ke 2

Ferlina Khoirun Nisa

            Helloooo gan berjumpa lagi dengan artikel baru saya yang masih membahas topic yang sama yaitu sekolah non formal sekolah alam. Untuk masa-masa yang lalu sudah banyak sekali penjelasan tentang sekolah alam. Oke kali ini kita akan kembali mengulas balik tentang sekolah non formal sebagai jalur pendidikan ke 2 bagi murid.
            Dalam terbentuknya sekolah non formal, bukan berarti sekolah formal itu buruk baik dalam system pembelajarannya maupun fasilitasnya. Namun dalam kondisi yang berbeda dimana perlu adanya pembaharuan dalam system pendidikan yang ada di Negara ini. Sekolah formal mampu memberikan penghargaan kepada siswanya berupa selembar ijazah namun tidak ada yang mengerti apakah selembar ijazah itu membuktikan bahwa seorang siswa lulusannya itu mampu menghadapi dunia luar dengan cermat atau tidak. Dalam pembuktian ini, sekolah non formal seperti sekolah alam memberikan pelatihan yang mampu membekali siswanya mengahadapi dunia luar yang ada di masa depannya. Seperti system pembelajarannya yang membuat siswanya menjadi lebih kritis dan berkarakter, keberanian untuk berpendapat maupun bertanya. System ini belum tentu ada di sekolah formal.
            Saat ini banyak orang tua yang lebih memilih jalur sekolah non formal disbanding sekolah formal. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan sekolah non formal mampu mengubah mindset sebagai warga Negara yang pasif menjadi warga Negara yang aktif. Namun, sekolah formal masih dianggap sebagai jalur utama pendidikan bagi sebagian besar orang tua. Dan sekolah non formal dianggap sebagai jalur ke dua dalam pendidikan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sekolah formal menjadi acuan utama bagi pemikiran para orang tua. Karena sekolah formal sudah mendarah daging dalam jiwa warganya.

            Sekolah non formal dianggap sebagai jalur kedua, hal ini dikarenakan sekolah non formal memberikan suasana dan system belajar yang baru dalam pendidikan. Wajar saja jika para orang tua masih belum sadar akan adanya sekolah non formal. Selain itu juga warga Indonesia masih menganggap pentingnya ijazah bagi masa depan anak mereka, makanya banyak para orang tua yang berusaha memasukkan anaknya sekolah di sekolah formal terbaik yang ada. 

Skill Center untuk ABK

Alfi Setiani
alfisetiani@ymail.com

            Anak Berkebutuhan Khusus semakin menjadi perhatian yang khusus pula di zaman sekarang. Sebelumnya pendidikan untuk  Anak Berkebutuhan Khusus hanya dilaksanakan pada pendidikan formal yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun dengan seiringnya kemajuan zaman dan kesadaran masyarakat, semakin terbukanya pendidikan bagi Anak Berkebutuhan khusus selain di pendidikan Formal. Seperti adanya salah satu pendidikan Non Formal untuk ABK ini yang bernama Yayasan Percik Insani. Yayasan Percik Insani ini berdiri pada bulan Desember 2001 yang merupakan yayasan non-profit dalam penyelenggaraan kebutuhan pendidikan non-formal untuk Anak Berkebutuhan Khusus.  Yayasan ini bekerjasama dengan Fakultas Psikologi UK.Maranatha, dan saat ini mulai menjalin kerjasama dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain UK.Maranatha untuk penyelenggaraan pembelajaran seni rupa sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswanya. Beberapa kegiatan pembelajaran seni rupa dan desain telah dilaksanakan dengan Yayasan Percik Insani sebelumnya, seperti kegiatan workshop sehari seni rupa dan desain dalam acara yang diselenggarakan oleh yayasan ini.
            Yayasan percik insani ini bertujuan agar peserta didik mampu memiliki kecakapan atau skill khusus yang dapat digunakan dalam dunia kerja selain kemampuan akademiknya. Sehingga peserta didik hail binaan Yayasan Percik Insani ini diharapkan dapat mandiri hidup bermasyarakat. Dalam Yayasan Percik insani ini memiliki beberapa fasilitas yang sangat menunjang dalam pembelajaranya, contohnya saja seperti galeri seni, yang dibuat untuk menampilkan karya-karya dari peserta didiknya, kemudia juga terdapat perpustakaan material yang memudahkan peserta didik untuk mendapatkan peralatan dan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat karyanya. Kemudian dalam yayasan ini juga memiliki beberapa program studi yang sangat menarik yang menitikberatkan pada seni, seperti D3-SRD, Seni Rupa murni, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Interior.
            Yayasan Percik Insani juga aktif bergerak dalam community group untuk penyelenggara home schooling untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam hal ini, FSRD UK.Maranatha digandeng serta untuk mendirikan sebuah Skill Center yang menyediakan kegiatan pembelajaran seni rupa dan desain sebagai materi tambahan (ekstrakurikuler) dalam program home-schooling mereka. Anak berkebutuhan Khusus juga memiliki potensi yang sama dengan anak yang normal, dengan adanya pendidikan nonformal untu Anak Berkebutuhan Khusus ini diharapkan dapat menambah peluang pekerjaan untuk ABK serta dapat menambah penilain lebih anak ABK di mata masyarakat. Dengan munculnya Yayasan Percik Insani juga diharapkan akan banyak yayasan nonformal untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang lebih banyak lagi.

9 Sifat Hebat Seorang Jagoan

Ahmad Ghilman

Karakter memiliki peranan yang penting dalam tingkah laku kita sehari-hari. Seorang yang memiliki karakter yang baik, akan menjadi pribadi yang unggul dan disukai semua orang. Apa saja karakter baik yang harus dimiliki? Berikut ini 9 karakter baik yang harus dimiliki setiap orang.
1. Religius
Taat pada agama adalah hal yang paling utama. Seorang yang regilius akan memiliki sikap yang patuh pada ajaran agama, bertoleransi pada agama lain, serta hidup rukun antar pemeluk agama.
2. Jujur
Seorang yang selalu berbuat jujur akan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, jika ia sering berbohong, ia tidak akan dipercaya bahkan dibenci. Orang yang jujur akan dapat mengemban amanah dengan baik.
3. Toleransi
Toleransi erat kaitannya dengan kerukunan. Hidup penuh toleransi berarti ia menghargai perbedaan yang ada, baik itu perbedaan pendapat, golongan, ras maupun perbedaan agama. Orang yang toleran akan mudah menerima perbedaan yang ada di sekitarnya dan tidak suka menimbulkan konflik.
4. Disiplin
Sikap disiplin adalah sikat yang taat dan patuh pada ketentuan dan aturan. Orang yang disiplin akan mudah menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
5. Kerja Keras
Kerja keras merupakan sikap bersungguh-sunguh dalam melakukan pekerjaan. Ia tidak mudha menyerah dan selalu mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi.
6. Mandiri
Orang yang mandiri tidak mudah tergantung pada orang lain. Ia sebisa mungkin mencoba untuk tidak membebani orang lain dalam menyelesaikan tugasnya.
7. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu penting untuk dimiliki. Orang yang karakter ini tidak akan puas dengan pengetahuan yang dimilikinya, ia akan terus belajar menambah ilmunya.
8. Bersahabat/Komunikatif
Sifat bersahabat dan komunikatif penting untuk dimiliki. Orang yang komunikatif akan lancar dalam berkomunikasi dengan lainnya.
9. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap siap menanggung segala akibat yang telah dilakukan, baik itu buruk ataupun baik.


Dari kesembilan karakter di atas, mana yang termasuk karaktermu??

Monday, November 24, 2014

Fungsi Peranan Pengembangan Kurikulum

Muafid Ardiansyah

      Setiap pengembangan kurikulum, pasti ada sesuatu hal yang ingin dicapai. Pengembangan kurikulum juga digunakan untuk memperbaiki kurikulum yang sudah ada atau dalam hal ini memiliki manfaat tersendiri. Namun, selain memiliki manfaat, pengembangan kurikulum juga memiliki beberapa fungsi. Adapun fungsi dari pengembangan kurikulum yaitu:

a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan sekolah
    Adanya kurikulum berfungsi untuk mencapai tujuan sekollah yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain, semisal tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai, maka seseorang akan meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, yang dalam hal ini adalah kurikulumnya.

b. Fungsi kurikulum bagi anak didik
    Kurikulum sebagai perangkat pembelajaran digunakan atau dipersiapkan untuk peserta didik. Peserta didik diharapkan mendapat sejumlah pengalaman baru yang dapat digunakan dalam kehidupannya dan sesuai dengan taraf perkembangan kehidupannya. Kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan juga seharusnya menawarkan sejumlah program bagi peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

c. Fungsi kurikulum bagi pendidik
    Guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan, sehingga gurulah yang paling mengerti dan paham mengenai kurikulum. Adapun fungsi dari kurikulum bagi pendidik adalah:
   * Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar pada anak              didik.
   * Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka         menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
    Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu instansi juga sebagai penganggungjawab dari berlangsungnya kurikulum di sekolah yang ia pimpin. Adapun fungsi kurikulum bagi kepala sekolah adalah:
    * Sebagai pedoman bagi supervisi guru
    * Sebagai pedoman untuk administrasi
    * Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar.

e. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
   Masyarakaat sebagai tempat nantinya para lulusan mengembangkan atau menggunakan pengetahuan yang ia dapat selama dibangku sekolah, tentu dapat merasakannya. Sehingga fungsi kurikulum bagi masyarakat sendiri adalah:
    * Ikut memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan            masyarakat
    * Dapat memberikan saran maupun kritik bagi kemajuan pendidikan.

Saturday, November 22, 2014

Kendala dalam Implementasi Kurikulum 2013

      Muhammad Arwani
      Kurikulum 2013 yang masih dalam masa-masa transisi pergantian kurikulum ini, pasti tidak lepas dari masalah masalah dan kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kurikulum 2013 yang menekankan pada pendekatan saintifik menuntut siswa untuk aktif dan interaktif dalam pembelajaran, sarat dengan berbagai kendala yang harus dihadapi baik oleh siswa guru maupun sekolah. Kendala kendala tersebut diantaranya adalah sekolah yang belom mampu untuk menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung untuk memenuhi tercapainya sebuah pembelajaran yang berdasarkan kurikulum baru tersebut.
      Contohnya saja suwaktu siswa mencari sumber-sumber informasi melalui media internet yang dilakukan secara serentak atau bersama-sama satu kelas. Kemudian siswa mendiskusikan informasi yang diperoleh dari internet sebagai bahan belajar. Namun guru tidak bisa melakukan hal tersebut karena sekolah belum mempunyai jaringan internet. Bagaiman pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik kalau fasilitasnya pun belum mumpuni
      Hal ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah untuk di jadikan sebagai bahan pertimbangan serta evaluasi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan selanjutnya. Dalam hal ini pemerintah melakukan generalisasi kebijakan pada saat penyusunan kurikulum 2013. Padahal kita tau bahwa insfratruktur yang ada pada masing-masing sekolah sangat berbeda. Ada yang sudah lengkap dan ada yang kurang bahkan tidak ada sama sekali.
      Tak hanya itu, buku paket yang digadang-gadang dan katanya akan dibagikan hingga kini belum tersalurkan secara merata. Buku paket yang nantinya akan di tanggung oleh dana BOS akan diberikan secara Cuma-Cuma atau geratis pada setiap sekolah. Akan tetapi belum ada kepastian dan kejelasan akan pembagian buku paket tersebut.

Friday, November 21, 2014

Zaman Buku VS Zaman Teknologi

Yossika Vidya

           Pada beberapat tahun silam pendidikan indonesia masih memandang Buku sebagai bahan dasar untuk kegiatan belajar. Kualitas buku, dan berapa banyak buku yang dibaca akan menentukan berapa banyak sesuatu yang dipelajari oleh seorang siswa . kegiatan belajar formal menuntut agar buku menjadi pegangan bagi setiap guru atau pendidik. Buku dipandang sebagai sarana yang mudah dan terstruktur yang dibuat khusus untuk membantu guru dan peserta dalam mencapai tujuan pendidikan. Sehingga dapat di dikatakan bahwa  ”Dimana ada guru disitu ada Buku”. Namun hal itu membuat peserta didik hanya terfokus pada satu sumber belajar, membatasi kreatifitas peserta didik untuk mencari referensi lain yang lingkupnya lebih luas.

          Jika dibandingkan dengan era sekarang tentunya sangat jauh berbeda. Di ere reformasi ini perkembangan teknologi telah mengambil alih hampir seluruh peranan sistem dipemerintahan tidak terkecuali bidang pendidikan. Para peserta didik sudah tidak lagi memandang buku sebagai sumber belajar utama, karena dirasa ada sumber yang lebih mudah ditemukan dan dipelajari, internet misalnya. Materi pembelajaran apa saja dapat dengan mudah kita temukan hanya dengan “klik”, tidak seperti buku yang harus ditenteng, kemudian dibaca lembar demi lembar.

         Namun jika kita telaah lebih jauh, di zaman buku semua peserta didik bisa belajar bersama tanpa adanya perbedaan fasilitas atau akses khusus. Coba kita lihat dizaman teknologi ini, sumber belajar pun dapat menyebabkan kesenjangan sosial antar peserta didik. Bisa kita lihat bagaimana kontrasnya cara belajar anak orang kaya dan miskin. Tentunya fasilitas yang digunakan daam pembelajaranpun sudah jauh berbeda. Untuk anak orang kaya dapat memaksimalkan mereka dalam mencari sumber belajar dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh orang tuanya, sebaliknya untuk anak yang kurang mampu hanya bisa menggunakan fasilitas seadanya yang dapat mereka jangkau.

Terkurung oleh Pendidikan

Yossika Vidya

           Apa sih yang terfikir dalam pikiran anda tentang pendidikan formal ?  Gedung, seragam,mata pelajaran, buku, guru? Ya seperti itulah jawaban yang sering saya dengar dari banyak orang. Hampir semua orang tua ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang baik untuk bekal masa depanya kelak. Pendidikan yang banyak dipilih oleh para orang tua adalah pendidikan formal. Karena menurut mereka pendidikan formal itu merupakan pendidikan dimana proses pembelajaranya yang layak, berlangsung di gedung sekolah, di ruangan kelas, banyak terdapat buku pelajaran, jam pelajaran, mengenakan seragam dan semacamnya.

           Keluar dari hal tersebut, apakah para orang tua memahami apa yang dirasakan oleh anaknya ketika menjalani pendidikan  disekolah? Sebagai contoh, bisa kita lihat ketika anak anak yang duduk di jenjang pendidikan SMP dan SMA, ketika mereka baru saja menghadapi Ujian Akhir Nasional yang menentukan lulus atau tidaknya siswa tersebut setelah bergelut dengan buku selama 3 tahun lamanya. Dalam situasi seperti itu, kita banyak melihat bahkan mungkin kita pernah merasakan ketika hari pengumuman kelulusan tiba, dan kemudian para siswa mengexpresikan kebebasanya dengan mencoret coret baju mereka menggunakan spidol, pilox dan sejenisnya. Warna warna terlihat diseragam, rambut dan badan mereka. Mungkin sebagian orang menganggap semua itu sebagai hal yang wajar ketika para siswa merasa senang dinyatakan lulus dalam jenjang pendidikan yang digelutinya selama 3 tahun tersebut. Namun jika kita cermati dan kita pahami lebih dalam, selain perasaan senang yang dirasakan, justru kebebasanlah yang lebih terlihat di wajah mereka. Untuk itu mereka expresikan semua itu dengan aksi coret coret yang kini sudah membudaya di kalangan pelajar Indonesia.

          Lalu mengapa kebebasan yang mereka rasakan ? karena selama mereka berada di sebuah ruangan, digedung yang menjulang tinggi, bertemankan meja kursi setiap hari, bergelut dengan buku buku yang belum tentu mereka pahami, terikat oleh aturan aturan yang berlaku, dan mengenakan seragam, hal hal tersebut  yang justru membuat siswa merasa kebebasanya disita, merasa terpenjara oleh pendidikan. Masa dimana anak anak seumuran mereka masih memiliki gejolak bermain yang tinggi namun harus menjalani pendidikan yang menurut mereka terlalu kaku. Menyita waktu mereka untuk berekspresi, berkembang melalui bakat, bukan hanya lewat buku. Mereka harus bangun pagi untuk bersiap siap berangkat ke sekolah, kemudian mengikuti les les akademik setelah pulang sekolah, belum lagi tugas yang diberikan guru harus dikerjakan.

Kompetensi Guru

M Rosid H

Dewasa kali ini profesi guru sangatlah dimintai oleh para lulusan sekarang. Apalagi dengan adanya sertifikasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Banyak dari mereka ingin masuk ke dalam jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Misalnya dalam Universitas Negeri Semarang, kuota untuk jurusan PGSD lebih dari seribu mahasiswa disediakan hingga tempat perkuliahannya pun dibagi menjadi dua yaitu di Semarang dan Tegal. Hal seperti inipun terjadi di universitas berbasis pendidikan lainnya seperti UNY, UPI, UNJ dll.
Namun meningkatnya angka tersebut tidak juga meningkatkan kompetensi guru. Kompetensi guru di Indonesia masih dikatakan lemah dan belum profesional. Masih banyaknya lulusan yang abal-abal, yang hanya bisa bercopy-paste dalam membuat karya ilmiah. Belum pahamnya mereka akan profesional guru yang diperlukan. Hal ini tentu membuat siswa didik pun tidak dapat berkembang.
Oleh karenanya pemerintah membuat PERMENDIKNAS tentang kompetensi guru. Dalam PERMENDIKNAS no 16 tahun 2007 menyebutkan bahwa guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Intinya guru dituntut untuk bersikap secara profesional. Maksud dari profesional adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik. Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah, dalam hal ini guru sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan.






Seragam Putih Abu-Abu

Rosid Hidayat


Masih inget masa putih abu-abu? Wah pasti menyenangkan sekali ya. Ya, masa putih abu-abu adalah suatu masa dimana kita merasa sebagai remaja yang bebas. Putih abu-abu sendiri melambangkan sebuah seragam SMA yang berwarna putih abu-abu.
Ngomong-ngomong tentang seragam, ternyata seragam putih abu-abu punya sejarah loh. Jadi awal mulanya adalah saat pemerintah memulai program yang menugaskan beberapa SMA untuk mengadakan kurikulum 1954. Kemudian pada 16 Desember 1957 berdirilah SMA-SMA Teladan seperti SMA 3 Jakarta, SMA 3 Bukit tinggi dan SMA 1 Yogyakarta. Yang mana ketiga sekolah tersebut menjadi contoh dalam penggunaan seragam sekolah. Ketiga sekolah tersebut menggunakan pakaian atasan berwarna putih dan bawahan bewarna abu-abu.

Hingga kini seragam tersebut telah dipakai oleh hampir semua SMA di Indonesia terutama sekolah negeri. Kesemuanya itu telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 45 tahun 2014 tentang pakaian seragam sekolah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Di dalam peraturan tersebut telah dijelaskan secara rinci bagaimana penggunaan seragam yang baik dan benar.

Peduli Sosial untuk Kesejahteraan Bumi

FN Muktiono Dimi
(1102413061)

             Jiwa peduli sosial setiap manusia berbeda beda. Ada manusia yang menolong manusia lain yang tidak ia kenali ketika melihat manusia lain itu mengalami kesusahan dan ada pula manusia yang hanya menolong manusia lain yang ia kenali saja bahkan lebih parahnya lagi ada manusia yang tidak suka menolong. Solusi masalah kesejahteraan manusia di bumi ini sebenarnya bisa terselesaikan apabila jiwa peduli terhadap sesama manusia berjalan dengan baik. Terkadang kita sebagai manusia juga merasakan bahwa kita menolong manusia lain karena ada tujuan atau motif tertentu. Walaupun terkadang kita membantah pernyataan tersebut, itu di karenakan kita tidak menyadari kalau kita punya motif tertentu, dan itu sah sah saja. Suatu hari kita berkendara di jalanan memakai helm yang membuat wajah kita tertutup, lalu tiba tiba ada manusia pengendara lain jatuh di depan kita, dan apa yang akan kita lakukan ? kemungkinan pertama, kita akan mengentikan laju sepeda motor kita dan langsung menolong orang tersebut. Pada kemungkinan yang pertama ini menandakan bahwa kita sudah memiliki jiwa peduli sosial sebagai manusia yang sama sama hidup dibumu. Kemungkinan kedua, kita menghentikan laju kendaraan lalu memakirkan kendaraan kita di tepi jalan dan melepas helm yang menutupi wajah kita kemudian menolong manusi pengendara lain yang jatuh tersebut. Pada kemungkinan kedua ini kita tidak menyadari bahwa kita mempunyai motif bawaan tertentu untuk menolong orang lain, naluri manusia membuat kita ingin dilihat orang lain ketika menolong orang lain, dengan begitu kita berharap orang yang ditolong tersebut dapat mengenali kita dan menolong kita suatu saat atau bahkan memberikan upah. Kemungkinan ketiga, kita tetap menjalankan laju kendaraan kita dan menengok orang tersebut. Pada kemungkinan ketiga ini kita memang memilik jiwa peduli sosial akan tetapi kandungan jiwa sosial tersebut di kalahkan oleh kepentingan kita sendiri dengan kata lain kita tidak mau menghabiskan waktu kita untuk menolong orang lain. Kemungkinan ke empat kita tetap jalan dan tidak menolong. Pada kemungkinan ke empat ini mungkin saja jarang terjadi, karena bagaimanapun juga manusia diciptakan memiliki jiwa sosial, bisa jadi hal ini terjadi di daerah yang tingkat anonimitasnya tinggi atau kepentingan kita menghilangkan jiwa sosial kita. Oleh karena itu pendidikan berupaya untuk menumbuhkan jiwa peduli sosial pada semua umat manusia agar mengalami kesejahteraan.

Jika Semua Orang Indonesia Kreatif, Majulah Indonesia

FN Muktiono Dimi
(1102413061)

              Kreatif berati berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan ara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Kreatif memang bisa dibawa sejak lahir akan tetapi orang yang tidak kreatif pun bisa di latih untuk menjadi kreatif. Guilford, ahli yang banyak berkecimpung dalam penelitian penelitian tentang inteligensi menjelaskan kemampuan orang yang kreatif melalui beberapa ciri. Yang pertama yaitu adanya kelancaran, kesigapan, dan menghasilkan banyak gagasan. Dengan lahirnya banyak gagasan baru maka banyak pula penemuan yang diciptakan walaupun bersifat inovatif, dengan adanya gagasan gagasan tersebut maka kehidupan manusia bisa menjadi lebih sejahtera. Yang kedua yaitu adanya fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah. Ketika seorang yang kreatif mendapatkan masalah, maka ia tidak hanya melihat dari satu sisi untuk memecahkan masalah tersebut. Ia menggunakan banyak cara untuk memecahkan masalah tersebut, dengan begitu ketika cara pertama gagal, ia masih punya cara lain untuk mengatasi masalah tersebut. Yang ketiga yaitu adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asli. Orang kreatif selalu memiliki keinginan keaslian atas hasil gagasannya tersebut, karena dengan keaslian yang dimiliki maka ia dapat mempertanggung jawabkan gagasannya, walaupun pada tahap awal adalah meniru. Yang ke empat yaitu Adanya pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail dan terinci. Dengan adanya pengembangan, hal ini membuat sebuah hasil produk pemecahan masalah dapat lebih berguna untuk kesejahteraan. Yang terakhir yaitu adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan pengertian dengan cara dan dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan evaluasi. Apakah hasil produk dari pemecahan masalah yang kita buat sudah berjalan baik atau belum. Dalam melakukan evaluasi pun tidak hanya dilihat dari satu sisi, akan tetapi melainkan banyak sisi. Dengan melihat masalah masalah pada beberapa sisi, maka seorang yang kreatif dapat melakukan pengembangan terhadap hasil produknya. Untuk itu berfikir kreatif memang perlu di tumbuhkan dan di latih untuk kemajuan bangsa salah satu caranya melalui pendidikan.


Pentingnya Jiwa Kemandirian Bagi Umat Manusia

FN Muktiono Dimi
(1102413061)

            Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain. Terkadang kita melihat seorang anak yang tidak bisa mengancingkan bajunya sendiri lalu ayahnya membantunya untuk mengancingkan bajunya akhirnya di keesokan harinya anak itu datang kepada ayahnya untuk meminta mengancingkan bajunya. Dari kejadian tersebut kita juga dapat melihat bahwa seorang anak bisa menjadi tidak mandiri karena perilaku dari orang sekitarnya yang selalu melakukan bantuan terhadap pemecahan masalahnya. Jika hal tersebut dilakukan secara terus menerus bisa jadi anak tersebut tidak mandiri, tidak hanya dalam hal mengancingkan baju tapi juga dalam hal hal lain. Dampaknya bisa dirasakan saat dewasa, dimana kita merasakan ketergantungan kepada orang lain. Untuk itu, pendidikan untuk menjadikan anak mandiri harus dilakukan sejak kecil. Walaupun sikap mandiri bisa dibentuk saat dewasa, akan tetapi jalannya sangat susah dan lama. Peran sekolah sangat penting dalam kaitanya membentuk karakter anak yang mandiri. Jika pada sebuah keluarga selalu memanjakan anaknya, maka anak tersebut lebih baik di sekolahkan. Di sekolah, semua siswa diperlakukan sama. Tidak memandang yang jelek, cantik, miskin, maupun kaya. Ada peraturan yang harus di taati, ada penugasan sekolah, ada kerja kelompok dan ada hal hal lain yang dapat membuat anak menjadi lebih mandiri. Mungkin bagi seorang anak yang baru saja mengenyam bangku sekolah akan kaget ketika berada sekolah, karena situasi dan kondisi di sekolahan begitu berbeda dengan situasi dan kondisi di rumah. Tidak ada yang di spesialkan di sekolah. Itu sebabnya jika kita sering menjumpai banyak anak anak yang menangis di sekolah sekolah tingkat dasar maupun taman kanak kanak. Ironisnya lagi, di sebagian sekolah yang mayoritas penduduknya pedesaan atau di tepi pantai, orang tua ikut menemani anak anaknya ketika bersekolah di sekolah formal. Latar belakang pendidikan yang rendah membuat mereka sebagai orang tua dari anak anaknya tidak menyadari dan berfikir bahwa kebiasaan tersebut dapat membuat mental anak menjadi manja. Jika jiwa manja sudah melekat pada diri anak, kemungkinan besar jiwa itu akan terus ada sampai tua nanti.

Kenapa Harus Sopan ?

FN Muktiono Dimi 
(1102413061)

     Sopan bisa diartikan sebagai tindakan hormat dan melakukan hal yang baik. Sebagai seorang manusia, naluri alamiah yang tumbuh dalam diri kita adalah ke inginan untuk di hormati. Seorang pelajar belajar dengan tekun agar ia pintar dan lalu ia di hormati oleh orang lain atau seorang petani yang bekerja dengan keras memupuk sawah agar sawahnya bisa panen dengan baik lalu ia menjual hasil panennya dan mendapatkan uang agar ia kaya lalu di hormati banyak orang. Memang ada banyak cara manusia melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan alaminya yaitu kebutuhan untuk di hormati. Apa bila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka banyak kemungkinan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Seorang ayah kemungkinan akan mengalami perasaan marah apabila anaknya melemparinya sepatu ketika meminta tolong kepada anaknya untuk mengambilkan sepatu atau mungkin seorang siswa yang tidak disukai gurunya karena terlalu sering berkata kasar. Komunikasi menjadi sangat penting dalam permasalahan ini. Norma kesopanan merupakan salah satu jawaban bagi umat manusia untuk memenuhi keinginan alaminya yaitu keinginan untuk dihormati. Komunikasi yang berkaitan dengan kesopanan ini cakupannya sangat luas, tidak hanya komunikasi secara lisan saja melainkan komunikasi secara verbal maupun perilaku. Bayangkan saja, seorang wanita soleh tiba tiba mendapatkan sms berisi ajakan berhubungan seks dari pria yang baru ia kenal tadi sore. Kesopanan harus ditumbuhkan sejak dini mungkin. Peran keluarga menjadi sangat penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Itu mengapa seseorang yang berperilaku buruk tak jauh dari kondisi keluarga yang buruk juga. Penanaman nilai kesopanan menjadi sangat penting berhubung kita nantinya akan kembali ke kehidupan sosial . Bagaimana cara agar kita disenangi masyarakat, bagaimana cara agar kita disenangi oleh bos maupun rekan kerja kita, dan bagaimana agar kita disenangi oleh teman teman kita merupakan sebuah permasalahan yang jawabannya bisa berkaitan dengan kesopanan. Oleh karena itu sopan sangat diperlukan dalam bertingkah maupun berperilaku dalam kehidupan sehari hari, dulu, sekarang, dan masa yang akan datang.

Filosofi Sepak Bola = Pendidikan Karakter

Rohmat Muflikhul Huda
(1102413059)

          Ketika kita berbicara Filosofi sepak bola, tentu kita akan menemukan beberapa nilai yang terkandung dalam permainan ini. Tidak dapat dipungkiri, bahwa permainan sepakbola merupakan salah satu olahraga yang amat digemari di seluruh planet ini. Mulai dari anak-anak, kaum remaja, hingga dewasa semua berkumpul dan berbondong-bondong ketika mendengar tim kesayangannya akan bertanding. Selain itu, sepak bola juga merupakan olahraga yang mudah untuk dimainkan, tidak memerlukan banyak peralatan, hanya cukup 1 bola dan sepasang sepatu, atau bahkan tanpa sepatupun tidak masalah dan permainan ini dapat dilakukan.
            Pertanyaannya, lalu apa hubungannya Pendidikan Karakter dengan Filososfi sepak bola?. Jikaditanya seperti itu, alangkah baiknya kita menengok mengenai aturan-aturan yang diberlakukan oleh FIFA (badan tertinggi International yang berkaitan dengan sepak bola). FIFA secara jelas menerapkan aturan yang simpel tapi mengikat semua pemain untuk tidak melanggarnya. Contohnya, ketika seorang pemain sepak bola melakukan pelanggaran di dalam lapangan pertandingan, maka wasit secara tegas akan memberi peringatan dengan memberikan kartu kuning kepada pemain tersebut. Namun, ketika pemain tersebut tidak dapat mengontrol lagi permainannya dan melakukan pelanggaran lagi, maka tidak segan–segan wasit akan memberikannya kartu merah yang artinya dia dikeluarkan dalam pertandingan tersebut.

            Dari contoh penerapan kartu kuning dan kartu merah tersebut, kita dapat melihat beberapa nilai Pendidikan Karakter, seperti contohnya nilai kejujuran. Jadi seorang pemain sepak bola harus berani mengakui kesalahnnya, dalam hal ini ketika dirinya melakukan pelanggaran. Dia harus jujur, karena jika tidak dia akan terkena imbasnya juga, seperti cibiran dari para penonton, dari komentator dan mungkin juga dari jajaran staff pelatihnya. Selain sikap jujur, nilai Pendidikan Karakter dari permainan sepakbola yaitu, berjiwa besar. Jelas seorang pemain sepak bola harus memiliki jiwa besar untuk menerima semua hasil yang nanti akan didapat. Contoh saja ketika sebuah tim A lolos ke babak final dan diunggulkan untuk menjadi juaranya, akan tetapi ketika di final tim A dikalahkan oleh tim B, alhasil tim A gagal meraih juara pada perhelatan tersebut. Maka seluruh pemain dan jajaran staff pelatih harus berjiwa besar untuk menerima kekalahan tersebut karena mungkin ajang ini belum rejekinya. Namun, beberapa hal yang mungkin dapat menghancurkan nilai-nilai Pendidikan Karakter tersebut adalah masalah kultur sepakbola dalam negeri kita. Kita ketahui bersama, kultur budaya sepakbola di Indonesia lebih banyak mengandalkan ego dan juga kekuasaan materi, dan hal ini secara jelas dapat menghancurkan Filosofi Sepakbola  yang didalamnya terdapat beberapa nilai Pendidikan Karakter. Oleh sebab itu, ini juga menjadi PR bagi kita semua untuk mulai menjalankan iklim kompetisi sepakbola yang sehat, tanpa adanya hal-hal negatif yang dapat menghancurkan nilai-nilai Karakter Sepakbola. 

Analogi Posisi Pemain Sepakbola dengan Penerapan Nilai Pendidikan Karakter

Rohmat Muflikhul Huda
(1102413059)

Seorang pemain sepakbola dikatakan baik ketika dia dapat menempati posisinya dan menjalankan tugasnya dengan baik. Posisi Pemain Sepak Bola ada bermacam-macam, diantanya; Kipper (Penjaga Gawang), Defender atau beck (Pemain Belakang), Midfielder atau sering disebut dengan gelandang (Pemain Tengah), Winger (Pemain Sayap), dan striker atau penyerang (Pemain depan). Setiap posisi pemain tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab  yang berbeda-beda, ketika salah satu posisi pemain tersebut tidak diisi maka dapat dipastikan permainan tidak dapat berlangsung secara efektif dan kurang menarik.
Begitupun ketika Posisi Pemain Sepakbola kita Analogikan dengan Nilai Pendidikan Karakter maka ini dapat menjadi sebuah strategi baru dalam pengaplikasian nilai-nilai pendidikan karakter. Kita mulai dari penjaga gawang, penjaga gawang bertugas untuk menjaga gawangnya agar tidak kebobolan dengan cara menepis atau bahkan menangkap bola yang ditendangkan kearah gawangnya. Jika kita Analogikan kedalamPenerapan Nilai Pendidikan Karakter yaitu, seorang anak akan berusaha untuk menjaga agar dirinya tidak terpengaruh oleh rangsangan negatif dari luar, karena ketika dia sudah mendapatkan pelajaran mengenai pendidikan karakter contohnya kejujuran, maka dia akan sekuat tenaga untuk terus bersikap jujur, meskipun teman atau orang lain mempengaruhinya, seperti halnya penjaga gawang yang terus menjaga gawangnya agar tidak kebobolan.
Pemain Belakang (Beck), bertugas untuk mengahadang, menghalau dan membentengi daerah belakang agar musuh tidak dapat masuk kedaerah kotak 16.Jika kitaAnalogikanposisipemain belakang inike dalam Nilai Pendidikan Karakter, itu sepertiseorang anak yang sudah mendapatkan pendidikan karakter akan berusaha untuk membentengi dirinya dan mencoba untuk meredam bahkan menghilangkan ego yang ada pada dirinya, karena seorang anak yang sudah belajar mengenai pendidikan karakter akan belajar mengenai pentingnya kebersamaan dan tenggang rasa.
Setelah pemain belakang, yang selanjutnya yaitu pemain tengah atau (Midfielder). Pemain tengah ini bertugas untuk membantu mengalirkan bola dari bawah ketengah hingga ke penyerang yang berada di depan. Pemain tengah ini juga ikut mengorganisasikan permainan, secara tidak langsung merekalah otak permainan dalam sepakbola. Jika kita Analogikandengan Pengaplikasian Nilai Pendidikan Karakter itu dapat kita lihat ketika seorang anak setelah mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan karakter dia akan memiliki sifat suka berbagi dan suka memberi dengan sesama. Selain itu, dia juga mampu mengorganisasikan dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena salah satu nilai dalam pendidikan karakter itu mengajarkan bagaimana seorang anak mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Yang terkahir yaitu posisi pemain depan, pemain ini memiliki tugas untuk menyerang dan utamanya adalah mencetak gol,sehingga tujuan dari strategi permainan tersebut dapat tercapaidan hasilnya dapatmembawa timnya menjadi pemenang dalam pertandingan tersebut. Jika kita Analogikanposisi pemain depan ini dengan Pengaplikasian Nilai Pendidikan Karakteritu seperti seorang anak yang setelah mendapatkan pendidikan karakter dia akan berusaha untuk menjalankan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan karakter itu sendiri. Karena di dalam pendidikan karakter di jelaskan bahwa pendidikan karakter utamanya adalah pengaplikasian dari nilai-nilai moral yang terkandung dalam pancasila yang diambil dari karakter jati diri bangsa, yang nantinya dapat di berikan dan diterapkan pada diri seseorang sehingga dapat membentuk watak, pribadi danjuga karakter yang baik bagi bangsa Indonesia.
Itulah beberapa analogi dari Pengaplikasian Nilai Pendidikan Karakter yang dapat diambil dari tugas Posisi Pemain Sepak Bola. Semoga program yang tengah dijalankan pemerintah dengan menggalakkan pendidikan karakter di berbagai lini pendidikan dapat berjalan dengan lancar sehingga outputnya dapat kita rasakan dengan terbentuknya karakter putra-putri bangsa yang berbudi luhur sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.


Thursday, November 20, 2014

Fasilitas di Sekolah

Suerlin Diah Utami

Fasilitas sekolah adalah fasilitas yang diberikan untuk murid sebagai kebutuhan untuk memudahkan dalam kegiatan belajar di sekolah. supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya dapat memudahkan peserta didik dalam belajar dengan maksimal dan hasilnya memuaskan. Fasilitas belajar erat kaitannya dengan kondisi ekonomi orang tua siswa. Dengan kondisi ekonomi orang tua yang baik, maka orang tua akan lebih mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan anaknya termasuk dalam hal penyediaan fasilitas belajar di rumah yang memadai. Begitu juga dengan pemenuhan kelengkapan fasilitas di sekolah, jika sekolah memiliki kemampuan keuangan yang baik, maka kelengkapan fasilitas penunjang kegiatan belajar siswa dapat terpenuhi dengan baik. Semakin lengkap fasilitas belajar, akan semakin mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian, adanya fasilitas belajar yang lengkap diharapkan akan terjadi perubahan, misalnya dengan sekolah menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, siswa akan lebih bersemangat dalam belajar, siswa tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugasnya pada teman, karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan fasilitas yang telah disediakan. Fasilitas belajar yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah menyangkut ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar yang efektif dan efisien.  Fasilitas belajar yang sangat penting adalah laboratorium yang memenuhi syarat bengkel kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi fisik lainnya yang secara langsung mempengaruhi kenyamanan belajar. adanya fasilitas belajar yang lengkap dan memadai merupakan salah satu faktor dari mutu kinerja sekolah yang efektif.
Sekolah akan menjadi sekolah yang mempunyai mutu baik jika dalam penyelengaraan kegiatan belajarnya tidak hanya didukung oleh potensi siswa, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan sekolah, akan tetapi juga harus didukung adanya kelengkapan fasilitas belajar siswa yang memadai sehingga penggunaannya akan menunjang kemudahan siswa dalam kegiatan belajarnya.

Dalam Keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, fasilitas belajar terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1. Bangunan dan perabot sekolah
Bangunan di sekolah pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan harus layak untuk ditempati siswa pada proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas berbagai macam ruangan. Secara umum jenis ruangan ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam ruang pendidikan untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar baik teori maupun praktek, ruang administrasi untuk proses administrasi sekolah dan berbagai kegiatan kantor, dan ruang penunjang untuk kegiatan yang mendukung proses belajar mengajar. Sedangkan perabot sekolah yang pada umumnya terdiri dari berbagai jenis mebel, harus dapat mendukung semua semua kegiatan yang berlangsung di sekolah, baik kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi sekolah.
2. Alat pelajaran
Alat pelajaran yang dimaksudkan disini adalah alat peraga dan buku-buku bahan ajar. Alat peraga berfungsi untuk memperlancar dan memperjelas komunikasi dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Buku-buku pelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, biasanya terdiri dari buku pegangan, buku pelengkap, dan buku bacaan.
3. Media Pendidikan
Media pengajaran merupakan sarana non personal yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Media pengajaran dapat dikategorikan dalam media visual yang menggunakan proyeksi, media auditif, dan media kombinasi.

Perlunya Memahami Karakter Peserta Didik

Ika Wulandari
Memahami karakteristik peserta didik merupakan  hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Dengan memahami karakteristik peserta didik banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari memahami karakteristik peserta didik. Dengan begitu maka masalah pendidikan di Indonesia tak akan ada lagi dan masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat cerdas.
Dalam pembelajaran, guru perlu memahami karakteristik peserta didik agar kegiatan belajar mengajar bisa diterima peserta didik dengan senang. Mereka tidak merasa terbebani (ngantuk mungkin) karena guru mampu memberikan trik-trik hebat sesuai kepribadian mereka. Guru akan mengerti cara peserta didik menerima materi pelajaran yang cepat sampai sesuai karakteristik masing-masing. Guru akan mampu memperlakukan peserta didiknya sesuai karakteristik mereka. Anak yang agak lambat ketika menerima materi akan sering diberi kesempatan untuk bertanya atau mengerjakan di depan kelas. Peserta didik ini perlu perlakuan yang halus dari guru, begitu pula jangan biarkan peserta didik ini minder karena merasa tidak bisa. Guru harus memberikan semangat dalam bentuk apapun kepada peserta didik ini.
Begitu pula peserta didik yang merasa dirinya lebih dewasa dari teman-temannya. Peserta didik ini akan menyepelekan guru ketika dia diperlakukan seperti anak kecil. Peserta didik ini harus diperlakukan seperti teman sebaya dari guru tersebut.
Masih banyak karekateristik lain yang harus guru pahami. Dengan begitu apa yang menjadi tujuan pendidikan akan tercapai sepenuhnya. Masalah ini memerlukan guru yang profesional yang mampu menghasilkan peserta didik yang profesional pula. Maka perlunya perbaikan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan pendidik profesional.

Sistem Pendidikan Yang Memanusiakan

Ade Romadoni

Presiden Jokowi telah mengumumkan jajaran kabinet dan nama-nama menteri yang akan membantu dalam pemerintahannya beberapa hari yang lalu. Salah satu kementrian yang baru adalah Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah terpisah dengan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi. Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina sekaligus anggota dari Rumah Transisi Jokowi-Jk didaulat sebagai menterinya. Melalui Kementerian baru ini muncul beberapa harapan akan sistem pendidikan Indonesia sekaligus memunculkan pertanyaan : Sistem pendidikan apakah yang diharapkan orang tua murid untuk anak-anak mereka? Pendidikan seperti apa yang yang dibutuhkan negeri ini?
Jawabannya sederhana, pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang memanusiakan sesuai dengan umur anak didik tersebut. Lalu, apakah yang dimaksudkan dengan memanusiakan? kalimat kerja yang mengajak kita untuk memperlakukan anak didik secara substansial baik secara fisik maupun emotional/kejiwaan mereka. Salah satunya dengan memfasilitasi aktivitas otak dan fisik yang dirancang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usia anak didik. Mengapa ini menjadi penting? karena selama ini pendidikan Indonesia telah menjadikan anak didik kita sebagai mahluk non-humanis. Mereka, anak didik kita, diperlakukan secara tidak sadar sebagai mahluk mekanis yang senantiasa direcoki sistem pendidikan sentralistik, kaku, ketat dan tidak dialogis.
Negeri ini membutuhkan Pendidikan yang memanusiakan, yaitu sitem pendidikan yang paling sesuai untuk pendidikan dasar dan menengah. Memanusiakan mengandung arti penyadaran akan nilai manusia yang ada di setiap siswa didik. Penyelenggaraan proses pendidikan adalah alat untuk menyediakan stimulasi sehingga otak terlatih dan siap untuk menghadapi tantangan yang akan ditemui tiap anak didik ini kelak. Sehingga proses belajar mengajar seharusnya berada dalam kondisi menyenangkan, bebas dari ketakutan dan tekanan, keantusiasan dalam belajar. Pada akhirnya, orang tua anak didik (bahkan semua pihak) hanyalah berharap sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siapapun untuk belajar, dimana anak didik masih bisa bermain, mengasah dan mengembangkan kreativitas mereka, bersosialisasi dengan teman sebaya, menciptakan karakter yang empatik pada lingkungan sekitar dan mempunyai kemampuan yang mampu memecahkan solusi dalam tahap-tahap perkembangan hidupnya.

Kita berharap mereka mau mendengar dan menandatangani kontrak politik untuk mengembalikan arah diknas sesuai cita-cita Ki Hajar Dewantara bahwa setiap anak itu istimewa, bagaikan bunga di taman. Tugas kita menumbuhkan setiap keistimewaan itu, bukan menjejalkan materi pelajaran untuk dihafal jadi cobalah memanusiakan manusia dalam sistem pendidikan saat ini.

Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Alimi

Satu perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran. Model pembelajaran Kurikulum 2013 berbasis saintifik dengan lima langkah pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran dalam kurikulum sebelumnya menggunakan tiga langkah.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ada tiga langkah dalam metode pembelajarannya, yaitu elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Sedangkan dalam Kurikulum 2013 ada lima langkah yaitu mengamat, bartanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
 Tentu saja denganini ekspektasi masyarakat terhadap kurikulum 2013 ini sangat besar, dimana semua pihak yang terlibat berharap agar ada perubahan yang signifikan mengenai sistem pembelajaran yang ada, hingga nantinya hasil atau output yang akan di hasilkan siswa mampu untuk dikembangkan, melalui pendekatan saintifik ini. Dimana banyak yang beranggapan bahwa pendekatan saintifik ini lebih baik dan efektif di terapkan dibandingkan dengan pendekatan secara tradisional terhadap kemampuan siswa. Karena pendekatan ini di nilai lebih modern, Lebih up to date dalam perkembangannya dan berorientasi terhadap peningkatan kemampuan siswa tentunya.
 Berikut ini tujuah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific,yaitu: (a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, (b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis, (c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran, (d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran, (e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, (f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan, (g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Sehingga secara laten pendidikan dengan pendekatan saintifik ini akan meningkatakan kemampuan sisiwa secara individu dalam memecahkan suatu permasalahan belajarnya.

Penambahan Jumlah Jam Pelajaran di Kurikulum 2013, Efektifkah?

Alimi

Pergantian kurikulum di Indonesia yang semula menggunakan kurikulum KTSP diubah menjadi kurikulum 2013, hal ini sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman, agar setiap peraturan pendidikan bisa selalu menyesuaikan terhadap kemampuan dan kondisi siswanya. Kurikulum 2013 rencananya akan mengurangi jumlah pelajaran. Pada tingkat SD yang tadinya 10 mata pelajaran menjadi 6 sampai 8 pelajaran, tingkat SMP dan SMA/K juga akan dikurangi. Pengurangan jumlah pelajaran ini diharapkan akan membuat siswa lebih bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Pengurangan jumlah pelajaran di kurikulum 2013 akan diiringi dengan penambahan jam pelajaran.
Diharapkan dengan berkurangnya jumlah mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa, siswa mampu untuk mengembangkan potensi lain di luar mata pelajaran tersebut. Bisa berkaitan dengan keterampilan, extrakurikuler, maupun pendidikan karakter yang nantinya akan dibebankan. Penambahan jumlah jam pelajaran dilakukan dengan alasan, perubahan proses pembelajan dan proses penilaian. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 akan lebih menitik beratkan pada praktek, penilaian juga akan lebih pada penilaian proses. Sehingga bukan hanya berorientasi pada hasil akhir namun juga proses bagaimana siswa bisa menemukan solusi dari pembelajarannya akan di pantau secara langsung oleh gurunya.
Namun dibalik itu semua hal ini banyak mengundang pro kontra di tengah-tengah masyarakat, terutama di kalangan orang tua murid. Karena secara otomatis siswa akan berangkat sekolah lebih awal dan pulang sekolah lebih siang. Sebagai Contohnya, jumlah jam pelajaran di tingkat SMP yang tadinya 32 jam menjadi 38 jam. Bisa di bayangkan betapa lama siswa belajar di ruang kelas ataupun kegiatan tatap muka dengan guru pembimbingnya.
Tentu siswa akan mengalami kebosanan, kejenuhan, bahkan malas untuk belajar jika seorang guru tidak mampu membuat suasana kelas yang nyaman dan kondusif untuk belajar. Penambahan jam pelajaran ini juga di rasa sangat emberatkan karena ketika seorang siswa pulang sekolah, rasa lelah yang mereka alami cukup besar sehingga dirumah hanya mereka gunakan untuk istirahat bukan untuk belajar, jika siswa tersebut tidak bisa memenege waktunya, berbeda jika sebaliknya. Sehingga penerapan kurikulum 2013 juga harus mempertimbangkan banyak aspek agar tidak hanya prestasi yang dicapai, namun juga kondisi siswa sebagai objek utama pendidikan merasa terlayani dalam pendidikan, juga terfasilitasi dalam pembelajaran sesuai dengan yang di harapkan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Muhammad Arwani

     Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang didesain untuk menjawab tantangan abad 21 dengan menitik beratkan pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sehingga pada proses pembelajaran ini anak belajar untuk dapat mengetahui ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru melalui kegiatan-kegiatan yang menekankan pada pendekatan saintifik. Diantara kegiatan tersebuat ada, kegiatan observasi, bertanya atau tanya jawab, mengumpulkan data, mencoba atau bereksperimen, mengkomunikasikan atau membuat kesimpulan. Ini adalah bebehapa hal dan sedikit tahapan-tahapan yang di lakukan oleh anak dalam mengimplementasikan kurukulum 2013.
     Sedangkan persiapan dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum ini adalah masih dalam masa penyesuaian. Dalam masa transisi ini guru juga masih belajar dan beradaptasi dengan gaya pembelajaran yang baru. Karena guru yang dulunya masih menggunakan metode teacher centered dan sekarang mulai belajar menggunakan metode student centered atau siswa yang di tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Dalam masa ini masih membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama.
     Guru juga memiliki peran untuk menilai siswa dalam 3 kompetensi. Yaitu nilai untuk pengetahuan, nilai untuk kompetensi keterampilan dan nilai sikap. Dulu dalam kurikulum KTSP tidak ada seperti itu karena masih dalam masa transisi, guru sangat berperan dalam hal ini dengan memberikan contoh yang baik kepada siswa. Dalam hal ini peran seorang guru adalah Guru memberikan teladan bagi anak didiknya, menjadi fasilitator pada saat pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya.
      Sedangkan tugas sekolah adalah memfasilitasi kebutuhan kebutuhan yang di perlukan untuk memdukung dan menunjang proses pembelajaran misalkan siswa harus mengobservasi dari internet maka sekolah harus memperbaiki jaringan internetnya, kebutuhan akan ruang lab, Kemudian anak harus berdiskusi maka harus ada perubahan dalam seting kelas dll. Merupakan salah satu hal kecil yang dilakukan oleh sekolah untuk mendukung implementasi kuriklum 2013 sehingga dapat mencapai tujuan yang di harapkan.

KTSP dalam Kurikulum 2013

Muhammad Arwani

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkenaan dengan dunia pendidikan. Salah
satunya adalah kebijakan tentang perubahan kurikulum, yang awalnya menggunakan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Dengan adanya kebijakan baru ini tentu banyak hal yang membedakan antar kedua kurikulum tersebut. Muatan kurikulum 2013 semuanya telah di atur dan di tetapkan oleh pemerintah secara paket, baik konten, kompetensi dasar, maupun KKMnya. Walaupun demikian namun tidak menutup kemungkinan untuk pihak sekolah mengembangkan kurilulum tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Bisa dikatakan bahwa dalam kurikulum 2013 juga ada KTSPnya.
Ada beberapa ketentuan yang bisa di kembangkan dari ketentuan yang telah dibuat oleh pemerintah semisal ketentuan yang telah di tentukan pemerintah adalah KKM, criteria kenaikan kelas, nilai kepramukaan dll. Nah sekolah berhak mengembangkan ketentuan ketentuan yang berlaku tersebuat sesuai kebutuhan asalkan tidak lebih rendah dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Contohnya adalah ketentuan KKM dari pemerintah adalah 75 dalam hal ini sekolah bisa menentukan atau mengembangkan KKMnya di atas 75, bisa 76, 77 78 dan seteruanya asalkan tidak dibawah 75.
Walaupun demikian ketiaka sekolah tidak ingin merubah atau mengembangkan ketentuan yang sudah ada, kemudian langsung menerapkan kebijakan yang berlaku sekaligus langsung mengimplementasikannya langsungpun diperbolehkan. Namun karena semua ketentuan dalam kurikulum 2013 sudah di tentukan oleh pemerintah pengembangan kurikulumnya tidak bisa leluasa mengubah ketentuan yang ada. Hal ini yang kemudian menjadi perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP. Walaupun dalam kurikulum 2013 pun ada pengembangan yang bersipat kurikulum KTSP.

Wednesday, November 19, 2014

Kekerasan Anak SD Bukittinggi, Salah Siapa?

Ahmad Ghilman

                  Kasus terbaru kekerasan anak SD di Bukittinggi telah sukses mencoreng dunia pendidikan kita. Berbagai respons dari masyarakat bermunculan, hingga sampai pada suatu kesimpulan, ini adalah salah sekolah. Hujatan kepada sekolah, baik itu pada guru, kepala sekolah, dan lainnya dilontarkan melalui berbagai media. Maka tidak perlu menunggu waktu lama setelah berita ini booming, sang guru agama (yang saat itu tengah mengajar anak tersebut) segera dipecat dari sekolah.
           Timbul pertanyaan, mengapa setiap kekerasan di sekolah yang terjadi selalu mengarahkan tuduhannya pada sekolah? Sekolah selalu dianggap menjadi biang kerok dari segala kerusakan moral para siswanya. Sebagian orangtua mungkin beranggapan, mereka sudah membayar uang sekolah dan lain-lain, jadi mereka menyerahkan sepenuhnya anak pada sekolah. Sekolah bertanggung jawab penuh atas siswa. Jika terjadi masalah, maka yang disalahkan pertama kali adalah sekolah atau gurunya.
Ironis memang kenyataan yang terjadi pada sebagian besar orangtua saat ini. Ketika mereka sudah menganggap bahwa sekolah adalah layaknya “tukang sulap” yang mampu mengubah karakter dalam sekejap. Padahal, orangtua adalah “madrasah pertama” bagi anak. Merekalah yang mendidik sejak kecil hingga dewasa. Orangtua memiliki peran vital dalam mendidik anak. Peranan sekolah tidak lebih tinggi dari peran orangtua. Pendidikan yang sebenarnya berlangsung di lingkungan keluarganya. Orangtua dalam hal ini adalah guru sebenarnya bagi sang anak.
               Kasus yang terjadi di SD Bukittinggi menimbulkan pertanyaan. Sekejam apakah orangtuanya sampai anaknya berperilaku bak binatang seperti itu? Mungkinkah lingkungan keluarga yang baik, orangtua yang penuh kasih sayang, dan keluarga yang harmonis akan membentuk perilaku anak yang penuh dengan kekerasan seperti itu? Semua pasti menjawab tidak mungkin. Maka yang seharusnya ditelusuri lebih lanjut adalah bagaimana keadaan keluarga dari anak-anak tersebut.
Orangtua adalah panutan utama bagi anak. Seperti pepatah, buah tidak jatuh dari pohonnya. Kita sudah sering melihat berbagai kasus anak yang mirip bapaknya. Orangtua yang mendidik dengan keras, anaknya pun akan berwatak keras. Jika orangtuanya mendidik dengan sabar dan lemah lembut, akan membentuk karakter anak yang cinta kasih sayang. Sebagian besar orang tentu setuju dengan pendapat tersebut. Hanya saja apakah semua orangtua mau “mengambil pelajaran”?
Maka kasus yang terjadi di SD Bukittinggi ini perlu dilihat secara objektif. Benarkah ini murni kesalahan guru? Memang tidak melepas kemungkinan kesalahan dari guru, apalagi setelah dibuktikan ternyata guru berada pada lokasi kejadian. Namun jangan sampai kita melupakan bahwa anak adalah cerminan dari orangtuanya. Anak adalah hasil didikan orangtuanya.

               Seharusnya (dan memang harus) orangtua bertanggungjawab atas karakter anak. Orangtua harus menaruh perhatian besar pada pendidikan di lingkungan keluarga. Ciptakan suasana keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Sikap terbuka antar anggota keluarga diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah yang terjadi. Kondisi ini akan membentuk karakter anak yang baik dan unggul.