Friday, November 21, 2014

Filosofi Sepak Bola = Pendidikan Karakter

Rohmat Muflikhul Huda
(1102413059)

          Ketika kita berbicara Filosofi sepak bola, tentu kita akan menemukan beberapa nilai yang terkandung dalam permainan ini. Tidak dapat dipungkiri, bahwa permainan sepakbola merupakan salah satu olahraga yang amat digemari di seluruh planet ini. Mulai dari anak-anak, kaum remaja, hingga dewasa semua berkumpul dan berbondong-bondong ketika mendengar tim kesayangannya akan bertanding. Selain itu, sepak bola juga merupakan olahraga yang mudah untuk dimainkan, tidak memerlukan banyak peralatan, hanya cukup 1 bola dan sepasang sepatu, atau bahkan tanpa sepatupun tidak masalah dan permainan ini dapat dilakukan.
            Pertanyaannya, lalu apa hubungannya Pendidikan Karakter dengan Filososfi sepak bola?. Jikaditanya seperti itu, alangkah baiknya kita menengok mengenai aturan-aturan yang diberlakukan oleh FIFA (badan tertinggi International yang berkaitan dengan sepak bola). FIFA secara jelas menerapkan aturan yang simpel tapi mengikat semua pemain untuk tidak melanggarnya. Contohnya, ketika seorang pemain sepak bola melakukan pelanggaran di dalam lapangan pertandingan, maka wasit secara tegas akan memberi peringatan dengan memberikan kartu kuning kepada pemain tersebut. Namun, ketika pemain tersebut tidak dapat mengontrol lagi permainannya dan melakukan pelanggaran lagi, maka tidak segan–segan wasit akan memberikannya kartu merah yang artinya dia dikeluarkan dalam pertandingan tersebut.

            Dari contoh penerapan kartu kuning dan kartu merah tersebut, kita dapat melihat beberapa nilai Pendidikan Karakter, seperti contohnya nilai kejujuran. Jadi seorang pemain sepak bola harus berani mengakui kesalahnnya, dalam hal ini ketika dirinya melakukan pelanggaran. Dia harus jujur, karena jika tidak dia akan terkena imbasnya juga, seperti cibiran dari para penonton, dari komentator dan mungkin juga dari jajaran staff pelatihnya. Selain sikap jujur, nilai Pendidikan Karakter dari permainan sepakbola yaitu, berjiwa besar. Jelas seorang pemain sepak bola harus memiliki jiwa besar untuk menerima semua hasil yang nanti akan didapat. Contoh saja ketika sebuah tim A lolos ke babak final dan diunggulkan untuk menjadi juaranya, akan tetapi ketika di final tim A dikalahkan oleh tim B, alhasil tim A gagal meraih juara pada perhelatan tersebut. Maka seluruh pemain dan jajaran staff pelatih harus berjiwa besar untuk menerima kekalahan tersebut karena mungkin ajang ini belum rejekinya. Namun, beberapa hal yang mungkin dapat menghancurkan nilai-nilai Pendidikan Karakter tersebut adalah masalah kultur sepakbola dalam negeri kita. Kita ketahui bersama, kultur budaya sepakbola di Indonesia lebih banyak mengandalkan ego dan juga kekuasaan materi, dan hal ini secara jelas dapat menghancurkan Filosofi Sepakbola  yang didalamnya terdapat beberapa nilai Pendidikan Karakter. Oleh sebab itu, ini juga menjadi PR bagi kita semua untuk mulai menjalankan iklim kompetisi sepakbola yang sehat, tanpa adanya hal-hal negatif yang dapat menghancurkan nilai-nilai Karakter Sepakbola. 

No comments:

Post a Comment