Thursday, November 6, 2014

Se”abrek” Permasalahan Kurikulum 2013

Muafid Ardiansyah

Sudah setahun lebih mungkin kurikulum 2013 sudah berjalan. Namun, masih saja masalah terus membuntuti hingga sekarang. Mungkin ada lebih baiknya kita memahami dulu bagaimana kurikulum 2013 itu, supaya kita lebih paham nantinya mengenai permasalahan yang ada dilapangan.
Kurikulum 2013, merupakan kurikulum yang menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah berjalan sejak tahun 2006 yang lalu. Kurikulum 2013 ini berfokus pada pendidikan berbasis karakter. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
Jika kita lihat, kurikulum 2013 ini memiliki tujuan yang sangat bagus, bagaimana karakter begitu diutamakan. Namun, bagaimana kenyataannya dilapangan?, banyak sekali permasalahan yang terjadi semenjak kurikulum ini dijalankan, meski baru satu tahun berjalan. Seperti yang dilansir Kompasiana.com, “Sejak kurikulum ini mulai diuji-cobakan 15 Juli 2013 yang dilaksanakan pada sekolah piloting pada 6.236 sekolah di seluruh Indonesia. Sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 berkisar 3,62% dan sekolah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 ialah 96%. Tahun 2014 pemerintah pun menerapkan kurikulum itu di setiap satuan pendidikan di Indonesia, mulai dari SD berjumlah 116.000, SMP berjumlah 35.000, sampai ke sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA) yang lebih dari 16. 000 sekolah”.
Bukan hanya hal itu, kurikulum 2013 yang pusatnya pada siswa atau student centered, namun kenyataan dilapangan, masih banyak guru yang menggunakan metode lama, yaitu semua pembelajaran berpusat pada guru. Alasan para guru, “dulu saya mengajarnya juga seperti ini, toh banyak juga yang jadi orang”. Inilah sebenarnya permasalahan yang perlu mendapat perhatian ekstra. Sebagus-bagusnya kurikulum yang dibuat, namun jika guru-guruny amasih memiliki sikap yang demikian, tentu tidak akan ada artinya, karena gurulah yang menjalankan kurikulum sesungguhnya, bukan pemerintah.
Kemudian, banyak orang tua yang mengeluh sekarang, karena anaknya yang banyak mendapat tugas, berangkat pagi, pulang sore dengan sekarungng tugas yang ada. Banyak orang tua murid yang juga tidak paham dengan model penilain yang dilakukan. Hal ini dirasakan saat orang tua murid menerima hasil belajar anaknya yang berupa rapor, yang dulunya dalam bentuk angka, sekarang dalam bentuk abjad A, B, C, dan D. Orang tua yang menanyakan hal ini, juga tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari pihak sekolah, terutama oleh guru..
Jadi kurikulum 2013 yang sekarang ini tengah berjalan, masih menyimpan beberapa kekurangan yang harus segera dibenahi bersama, agar pendidikan kita dapat berjalan dengan baik, dan menjadikan anak-anak bangsa yang hebat.

No comments:

Post a Comment