Alfi Setiani
Memasuki tahun 2000 merupakan era baru yaitu era globalisasi, diera
ini akan banyak sekali tuntutan. Terlebih mengenai tuntutan ekonomi, kadang
sebagian orang menggunakan cara apa saja agar mendapat segelintir uang yang
memuaskan mereka. Tidak jarang dengan memperdagangkan gadis-gadis dibawah umur
untuk terjurumus ke dalam dunia prostitusi. Rumah faye ini memiliki sebuah
filosofi pendirianya yang intinya semua anak memerlukan rumah untuk merasakan
kasih sayang dari orang tua, saudara bahkan lingkungan. Tidak memandang dari
latar belakang apa pun rumah merupakan kebutuhan anak untuk bertumbuh, di
cintai, dididik dan dipelihara. Sehingga peran keluarga sangatlah penting untuk
menghilangkan rasa trauma mereka akan prostitusi, Rumah Faye berusaha
menghadirkan konsep keluarga seperti ini di yayasanya. Bermula dari seorang
gadis yang berumur 12 tahun yang merasakan iba terhadap banyaknya korban
prostitusi, sehingga Rumah Faye ini dapat berdiri untuk melayani para korban.
Untuk kegiatan dalam yayasan ini terdapat tiga macam kegiatan, yaitu kegiatan
pencegahan, kegiatan pembebasan dan kegiatan pemulihan.
Pertama
adalah kegiatan pencegahan, dimana Rumah Faye berusaha menggalang kepedulian
semua orang akan perdagangan anak untuk menjadi pekerja seks dan menberikan
kesadaran pada anak-anak untuk tidak terjerumus dalam dunia prostitusi. Kemudin yang kedua adalah pembebasan, yayasan ini mencoba berupaya
membebaskan anak-anak yang menjadi korban yang dijerumuskan dalam dunia
prostitusi. Dan yang terakhir adalah pemulihan, Rumah Faye menciptakan sebuah
rumah pemulihan untuk mereka dengan memberikan mentoring dengan suasana
keluarga, memberikan kesempatan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan, dan
pelatihan ketrampilan yang dapat menjadi bekal untuk mereka di kemudian hari. Pendidikan
di Rumah Faye ini mengedepankan pada kehangatan keluarga yang diharapkan mampu
menggantikan dan menambah peran keluarga pada si korban.
Di Rumah Faye ini membuka relawan yang ingin ikut serta dalam
membantuk penanganan korban prostitusi. Hingga saat ini relawan di yayasan ini
terbilang banyak jumlahnya. Setidaknya dari sini kita bisa belajar banyak dari
gadis yang berusia 12 tahun ini, ia begitu peduli dengan anak-anak korban
perdagangan. Terlebih perdagangan anak yang semakin parah terjadi, dengan
iming-imingan kerja dengan mendapat gaji yang banyak, tidak sedikit anak-anak
terbodohi. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, yang harus dijaga dan
dibina demi menyongsong Indonesia emas dimasa datang. Pemerintah seharusnya
lebih tanggap dalam menghadapi persoalan ini, dengan menegakan hokuman yang
setimpal kepada oknum-oknum penjualan manusia.
No comments:
Post a Comment