Thursday, November 20, 2014

Penambahan Jumlah Jam Pelajaran di Kurikulum 2013, Efektifkah?

Alimi

Pergantian kurikulum di Indonesia yang semula menggunakan kurikulum KTSP diubah menjadi kurikulum 2013, hal ini sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman, agar setiap peraturan pendidikan bisa selalu menyesuaikan terhadap kemampuan dan kondisi siswanya. Kurikulum 2013 rencananya akan mengurangi jumlah pelajaran. Pada tingkat SD yang tadinya 10 mata pelajaran menjadi 6 sampai 8 pelajaran, tingkat SMP dan SMA/K juga akan dikurangi. Pengurangan jumlah pelajaran ini diharapkan akan membuat siswa lebih bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Pengurangan jumlah pelajaran di kurikulum 2013 akan diiringi dengan penambahan jam pelajaran.
Diharapkan dengan berkurangnya jumlah mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa, siswa mampu untuk mengembangkan potensi lain di luar mata pelajaran tersebut. Bisa berkaitan dengan keterampilan, extrakurikuler, maupun pendidikan karakter yang nantinya akan dibebankan. Penambahan jumlah jam pelajaran dilakukan dengan alasan, perubahan proses pembelajan dan proses penilaian. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 akan lebih menitik beratkan pada praktek, penilaian juga akan lebih pada penilaian proses. Sehingga bukan hanya berorientasi pada hasil akhir namun juga proses bagaimana siswa bisa menemukan solusi dari pembelajarannya akan di pantau secara langsung oleh gurunya.
Namun dibalik itu semua hal ini banyak mengundang pro kontra di tengah-tengah masyarakat, terutama di kalangan orang tua murid. Karena secara otomatis siswa akan berangkat sekolah lebih awal dan pulang sekolah lebih siang. Sebagai Contohnya, jumlah jam pelajaran di tingkat SMP yang tadinya 32 jam menjadi 38 jam. Bisa di bayangkan betapa lama siswa belajar di ruang kelas ataupun kegiatan tatap muka dengan guru pembimbingnya.
Tentu siswa akan mengalami kebosanan, kejenuhan, bahkan malas untuk belajar jika seorang guru tidak mampu membuat suasana kelas yang nyaman dan kondusif untuk belajar. Penambahan jam pelajaran ini juga di rasa sangat emberatkan karena ketika seorang siswa pulang sekolah, rasa lelah yang mereka alami cukup besar sehingga dirumah hanya mereka gunakan untuk istirahat bukan untuk belajar, jika siswa tersebut tidak bisa memenege waktunya, berbeda jika sebaliknya. Sehingga penerapan kurikulum 2013 juga harus mempertimbangkan banyak aspek agar tidak hanya prestasi yang dicapai, namun juga kondisi siswa sebagai objek utama pendidikan merasa terlayani dalam pendidikan, juga terfasilitasi dalam pembelajaran sesuai dengan yang di harapkan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.

No comments:

Post a Comment