Imam Bustanul Arifin
Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi, begitupun dengan
kurikulum. Kurikulum telah berganti, dengan pergantian kurikulum, maka rencana
pembelajaran, pembelajaran dan juga evaluasi pembelajaran juga akan berubah.
Contoh sederhana dalam kurikulum 2013 dalam mata pelajaran IPA salah satu
metode yang bisa digunakan adalah observasi atau riset. Namun bagi guru
Indonesia, siapapun presidennya, siapapun menterinya, siapapun murdinya, apapun
kurikulumnya, hanya ada satu metode pakem dalam pendidikan, yaitu metode
ceramah.
Dibandingkan metode-metode pendidikan yang lain, metode ceramah
merupakan metode yang mungkin bisa dikatakan paling kuno, paling lawas dan
paling mudah. Guru hanya perlu berbicara mengenai pembelajaran, tanpa melihat
apakah murid akan paham atau tidak. Dalam evaluasipun hampir sama, meskipun
dalam panduan kurikulum 2013 ada evaluasi kognitif, afektif dan psikomotor,
namun bagi mayoritas guru hanya ada satu model evaluasi pakem, yaitu model
evaluasi tes tertulis untuk mengetahui kepahaman siswa.
Tentunya hal –hal seperti inilah yang perlu diperbaiki terlebih
dahulu agar bisa memperbaiki kualitas pendidikan, yaitu memperbaiki kualitas
guru, merubah mindset guru, memberikan pelatiahan-pelatihan. Tidak mungkin
suatu pendidikan di negara akan bisa berjalan dengan optimal jika gurunya tidak
berkualitas. Tercatat bahkan hasil UKG guru hanya mencapai 4,5 yang artinya itu
masih kalah apabila dibandingakan dengan hasil minimal yang harus diperoleh
oleh anak didiknya dalam ujian nasional yang harus 5,5.
No comments:
Post a Comment