Imam Bustanul Arifin
Guru “pahlawan tanpa tanda jasa”. Ungkapan itu tampaknya
memang tidak berlebihan mengingat peran guru yang sangat besar bagi wajah pendidikan
Indonesia. Guru berperan sangat besar dalam mensukseskan amanat undang-undang
1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa tersebut, guru dituntut untuk bisa perfect, dan sempurna
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Padahal
guru bukanlah malaikat, guru juga bukanlah nabi yang sempurna, guru juga
manusia yang penuh kesalahan dan keterbatasan. Itulah yang tampaknya tidak
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum. Dari masa kemasa, pemerintah tidak
pernah belajar dari pengalaman bahwa kegagalan kurikulum, mayoritas disebabkan
oleh keterbatasan guru.
Lihatlah
dalam kurikulum 2006, guru mengalami kesulitan dalam perencanaan pembelajaran
dalam kurikulum 2013, guru juga masih menjadi bulan-bulanan kambing
hitam kesalahan, seperti guru belum menguasai IT, guru masih kolot, guru
masih ajek menggunakan metode ceramah, itu semua adalah bahan hujatan
yang biasa di berikan kepada guru dalam zaman kurikulum 2013.
Padahal
kalau kita mau melihat dari sudut pandang guru, guru pun juga tidak kalah
pusingnya, dalam banyaknya hujatan dan tuntutan, guru diharuskan untuk bisa
terus update dalam perkembangan zaman, mereka mengeluh namun tidak ada yang
mendengarkan. Dalam suatu wawancara yang saya lakukan dengan guru-guru di SMK
Pelayaran, mereka masih sangat bingung dengan kurikulum 2013 karena minimnya
pelatihan, namun mereka dituntut untuk harus bisa mengimplementasikannya.
Banyak dari mereka yang belum menguasai IT, namun mereka dituntut dalam
pembelajaran untuk mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
Bagi
pemerintah, ingat guru bukanlah malaikat, guru juga bukanlah manusia sempurna
yang bisa semuanya, guru juga perlu pelatihan dan pembelajaran yang berproses,
bukanlah instan untuk bisa mengikuti perkembangan zaman.
No comments:
Post a Comment