Ade Romadoni
Ini
ujian berat bagi Anies Baswedan. Debut di kancah perpolitikan nasional
membuatnya kurang bisa tidur nyenyak. Bagaimana tidak, pekerjaan rumah yang
tidak gampang telah ’’dititipkan’’ pendahulunya, M. Nuh. Pelopor program
Indonesia Mengajar itu pun harus memeras otak untuk mematangkan salah satu
hajat besar di tubuh kementerian. Apalagi kalau bukan kurikulum 2013 (K-13).
Mendengar
dua kata itu, sejurus kemudian beberapa guru tampak mengelus dada, lalu
mengerutkan dahi. Perasaan campur aduk begitu menyeruak dalam hati mereka.
Ibarat sudah telanjur maju perang, namun amunisi belum memadai. Atau, yang
lebih parah, medan tempur belum mereka kuasai. Begitulah kiranya kalau boleh
mengasosiasikan dan menggambarkan betapa rumitnya pelaksanaan kurikulum 2013.
Perumpamaan lainnya, bagaikan nasi setengah matang yang harus disantap di meja
makan, kurikulum 2013 mengakibatkan para guru dan siswa sakit perut. Mereka
mengeluh pusing. Kenyataannya memang demikian, tidak mudah.
Kemudian
untuk menjawab permasalahan yang ada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Anies Baswedan menggelar acara pertemuan
dengan tim evaluasi Kurikulum 2013 (K-13), pada Rabu (3/12) pagi. Pertemuan itu
menyimpulkan K-13 tidak akan diterapkan di semua sekolah sebagaimana rencana
awal, melainkan dibatasi kepada sekolah-sekolah yang sudah siap saja. Mendikbud
akan menyaring kesiapan sekolah berdasarkan sejumlah kriteria. Untuk
sekolah-sekolah yang belum siap, mendikbud mengizinkan kembali kepada Kurikulum
2006.
Mendikbud
Anies akan membuat sekolah-sekolah prototipe atau sekolah model untuk K-13.
Sekolah prototipe terdiri atas sekolah-sekolah yang melaksanakan K-13 pada
tahap pertama (tahun 2013), yaitu sebanyak 6.326 sekolah, ditambah dengan
sebagian sekolah pelaksana K-13 di tahap kedua (tahun 2014) yang dinilai sudah
siap.
Dari
keputusan yang telah diambil pastinya ada saja pro dan kontra yang terjadi,
namun keputusan mendikbud sebenarnya sama dengan implementasi K-13 pada tahap
pertama tahun 2013. Ketika itu, K-13 hanya diterapkan secara terbatas kepada
"sekolah inti".
No comments:
Post a Comment