Ade Romadoni
Pendidikan
di Indonesia selama ini terkesan tidak terfokus, ganti menteri pendidikan maka
ganti juga kurikulum dan sistem pendidikannya. Pendidikan di Indonesia kurang
membentuk kepribadian akademis (academic personality) yang utuh. Kepribadian
akademis sangat penting dimiliki oleh pelaku pendidikan (anak didik dan
pendidik) yang akan maupun yang sudah menguasai ilmu pengetahuan. Kepribadian
akademislah yang dapat membedakan pelaku pendidikan dengan masyarakat umum
lainnya. Perkembangan pendidikan di Indonesia tak ubahnya seperti industri,
pendidik hanya bertindak sebagai pencetak produk masal yang seragam tanpa
memikirkan dunia luar yang berubah menjadi lebih rumit.
Cara
pendidik mengajar juga cenderung mengarah pada pembentukan generasi muda yang
dingin dan mengagungkan individualisme. Diskusi yang bersifat dialog jarang
terjadi dalam proses pendidikan kita, bersuara kadangkala diartikan keributan
yang dikaitkan dengan tanda bahwa anak yang bersangkutan tidak disiplin atau
bahkan dianggap bodoh. Kondisi pendidikan utamanya di perguruan tinggi dewasa
ini terlihat kurang kondusif dan kurang konstruktif karena terjadi gejala
sosial yang kurang baik muncul dalam lingkungan kampus. Konflik antar mahasiswa
atau pimpinan lembaga pendidikan tinggi telah terjadi di beberapa kampus,
sehingga citra lembaga pendidikan tinggi agak mengalami kemunduran. Tampaknya
pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu mewujudkan watak dari ilmu
pengetahuan yang bersifat terbuka.
Ilmu
pengetahuan menolak adanya sifat tertutup. Apa yang dianggap benar harus dapat
dibuktikan (diverifikasi) secara terbuka di depan publik. Jika kita mengatakan
bahwa air yang dipanaskan sampai 100 derajat celcius akan mendidih, maka
dipersilakan semua orang untuk membuktikan fenomena tersebut. Karena itu
kalangan akademisi harus memiliki sifat keterbukaan tersebut, kita harus dapat
mengembangkan pengetahuan baru seperti konsep dan teori baru secara terbuka dan
bukan untuk disembunyikan seperti dalam budaya konservatif.
Pemerintah
dalam melakukan reorientasi pendidikan belum menyentuh substansi dasar pada
pihak pendidik dan sarana prasarana belajar, selama ini pembaharuan baru
ditunjukkan melalui perubahan perubahan kurikulum saja dan masih minim melakukan
perbaikan sarana dan prasarana, kita bisa lihat di pedesaan banyaknya gedung
gedung sekolah yang rusak dan kurang mendapat perhatian serius.
No comments:
Post a Comment