Thursday, January 1, 2015

Sistem Autentik Bikin Ribet?

Homsa Diyah Rohana

Tahun ajaran semester ganjil tahun ini telah selesai. Sebelumnya, siswa-siswi dari semua tingkatan pendidikan melakasanakan Ujian Akhir Semester sebagai salah satu evaluasi belajar selama satu semester. Sejak kurikulum 2013 telah dilaksanakan, sistem penilaian dari hasil belajar akhir tidak seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013, sistem peniliannya menggunakan sistem penilaian autentik atau menyeluruh.
Banyak orang bertanya-tanya mengenai sistem penilaian ini. Memang baru pertama kalinya sistem ini diberlakukan di Indonesia. oleh karena itu masih banyak orang yang asing dengan sistem penilaian ini. Tidak terkecuali dengan guru yang menjadi subjek dalam memberi penilaian ini. Sebenarnya bagaiman peniliaian autentik itu ? seperti apa? Sebagus apa sampai-sampai sistem penilaian yang dulu pernah digunakan digantai oleh sistem penilaian ini.
Penilaian autentik seperti artinya yaitu menyeluruh merupakan penilian yang tidak hanya melihat pada aspek pengetahuan, intelektual (kognitif). Penilaian autentik merupakan penilaian menyeluruh yang meliputi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan motorik (keterampilan). Pada kuriklum-kurikulum sebelumnya, guru lebih banyak memberikan penilaian pada aspek pengetahuan saja. sehingga pada sistem penilaian yang dulu, siswa dianggap pintar jika siswa tersebut unggul dalam pengetahuannya. Padahal kita tahu pengetahuan setinggi apapun jika tidak dimbangi dengan sikap danketerampilan yang baik, maka sama saja kosong. Pada kurikulum 2013 setelah menempuh belajar, siswa tidak hanya di evaluasi akan perubahan pengetahuannya, tetapi juga perubahan sikap dan keterampilan.
Setelah berakhirnya semester ganjil tahun 2014 ini, banyak guru yang telah melaksanakan sistem penilaian autentik ini menyuarakan keluhannya. Ternyata sistem penilaian autentik pada kurikulum 2013 tidak semudah yang mereka pikirkan. Mereka banyak yang berkomentar kalau sistem penilaiannya memusingkan, ribet dan harus dituntut menggunakan teknologi komputer. Ada satu cerita dari seorang guru yang kemarin saya baca di jejaring sosial, Facebook. Guru tersebut menceritakan keluhannya lewat statusnya. Penilaian yang telah di proses dan di input dengan harus menggunakan teknologi komputer tersebut ternyata hilang semua hanya karena belum tersimpan dan tandapa diduga-duga PLN memadamkan listriknya. Saya bisa merasakan betapa kacaunya guru tersebut jika dalam kondisi itu. Selain itu juga, ternyata masih banyak juga guru yang mengaku akhirnya mengarang dalam meng-input nilainya, karena alasan tidak mau ambil pusing. Selain itu, ada juga cerita dari kakak saya yang menjadi guru wiyata bhakti di sebuah SD, dia mengatakan sudah memproses nilainya, sudah diolah, tetapi ditengah jalan aplikasi pengolahannya not responding atau tidak dapat dibuka. Entah karena komputernya yang bermasalah atau memang aplikasinya.

Setelah melihat beberapa keresahan para guru akan sistem penilaian autentik dalam kurikulum 2013 ternyata memang cukup merepotkan dan memusingkan bagi para guru. Namuan hal tersebut terjadi sebenarnya hanya karena guru seperti ‘kaget’ dan tidak terbiasa dengan sistem penilaian itu. Sebenarnya tujuan dari kurikulum ini sangatlah bagus. Namun lagi-lagi, sebagus apapun rencananya jika pelaksananya tidak memahaminya, sia-sia saja. seperti Kurikulum 2013. Sebagus apapun kurikulumnya, jika guru (sebagai pelaksananya) belum siap dan belum memahami betul, maka kebagusan akan kurikulum itu hanya berhenti didepan kelas sebelum guru itu mengajar.

No comments:

Post a Comment