Ferlina Khoirun Nisa
Okeeeeeeeee agan agan, pembaca artikel saya yang paling setia *ciyee setia* ini adalah artikel saya entah yang keberapa ya, pokoknya tetep setia mantengin beranda artikel saya yang cantik ini oke. Oke deh kali ini saya akan mencoba membahas tentang sekolah alam lagi, namun dalam konteks sebab dan alasan kenapa harus sekolah alam.
Sekolah Alam adalah reaksi pemunculan pendidikan kritis yang menjadikan peserta didik sebagai subyek aktif pembelajaran, bukan repeater dari kata-kata gurunya ataupun dari buku teks. Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi sebagai deskripsi atas realitas, pendidikan yang menghubungkan antara ‘mengetahui’ dan kemudian ‘merubah’ realitas. Pada akhirnya, proses pendidikan mampu menghantarkan anak didik dalam menemukan jawaban-jawaban dari masalah yang dihadapi yang belum terpikir solusinya. Dalam sistem pendidikan Sekolah Alam, anak-anak tidak disuapi materi-materi pengetahuan begitu saja, ketika akan membahas materi pelajaran, terlebih dahulu anak-anak akan diberikan lembar kerja kemudian mereka diharuskan mencari informasi tentang materi pelajaran tersebut, setelah itu baru didiskusikan di kelas bersama-sama. Sumber informasi tidak berasal dari satu buku teks sebagai pedoman materi, karena Sekolah Alam memang tidak menggunakan satu buku teks tertentu dengan alasan agar ilmu yang diperoleh tidak sempit dari satu sumber saja. Anak-anak bebas mencari dari sumber manapun, baik dari buku, internet, bertanya, ensiklopedia, perpustakaan, dan dari sumber lainnya, sehingga pengetahuan serta pemahaman anak mengenai suatu materi akan lebih kaya serta mendalam. Selain itu, hal ini dilakukan agar guru tidak menjadi sumber ilmu yang dianggap selalu benar, anak diajak untuk mengkritisi guru, bertanya dan mengemukakan pendapat apabila yang diajarkan guru berbeda dari yang anak-anak dapatkan.
Sekolah Alam tidak serta merta menggunakan sistem pendidikan yang berbeda secara keseluruhan dari sistem pendidikan nasional. Mereka mengambil pandangan baik dari sistem lama dan dari pandangan baru. Praktisnya, Sekolah Alam tidak secara ekstrim langsung menolak kurikulum dan mata pelajaran dari kebijakan pendidikan nasional, tetapi Sekolah Alam memodifikasinya dengan pandangan baru, contoh praktisnya dalam hal ini adalah penggunaan kurikulum, peran guru, pelaksanaan metode pembelajaran dan ketrelibatan stakeholder selain guru dalam kegiatan pembelajaran. Sekolah Alam tidak serta merta ‘membuang’ kurikulum depdiknas, tetapi tetap menggunakan kurikulum nasional yang kemudian dimodifikasi sendiri untuk mencapai formulasi yang dirasa tepat. Selain itu, pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak menggunakan metode pembelajaran di sekolah konvensional, tetapi menggunakan metode pembelajaran british yang dirasa lebih variatif karena menggunakan banyak media yang atraktif dalam pembelajaran.
No comments:
Post a Comment