Ade Romadoni
Mengenai
sebuah pendekatan yang ada pada sistem pembelajaran dari waktu kewaktu
senantiasa mengalami perubahan. Perubahan tersebut dikarenakan tuntutan
pembelajaran dan kebutuhan yang dibutuhkan siswa untuk mengembangkan potensinya
belajarnya. Peran pemerintah dari hal ini adalah menciptakan dan membaca sebuah
kebutuhan tersebut untuk dituangkan dalam sebuah kurikulum dalam kaitannya
untuk mensukseskan sistem pendidikan Indonesia.
Pertama
yang kita kenal adalah pendekatan konvensional. Pendekatan ini menitik beratkan
pada proses menghafal dan mengasah daya ingat yang tinggi, namun dari segi
eksplorasi pengetahuan sangatlah terbatas karena siswa hanya dituntut mahir
dalam menghafal. Menghafal sendiri dilihat dari sisi kognitif sangatlah rentan
dalam hal lupa, karena otak manusia akan cepat penuh dengan hanya
hafalan-hafalan dan ingatan yang telah tertimbun lama untuk dimunculkan kembali
membutuhkan pancingan terlebih dahulu. Ingatan yang telah tertimbun dan masuk
dalam long term memory terkadang cepat hilang karena sejatinya sulit diingat
kembali.
Dari
tuntutan zaman yang menuntut perubahan dari segi pendekatan ini lah muncul
sebuah pendekatan saintifik yang diimplementasikan dalam kurikulum 2013 saat
ini. Pendekatan saintifik selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa
untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena
atau kejadian.
Penerapan
pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan
setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran
konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan
prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1) Problem
Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4)
Group Investigation. Metode-metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk
mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji
jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan
penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat
menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.
Tampaknya
pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran sangat mungkin untuk diberikan
mulai pada usia tahapan dini. Itu semua sudah diperhitungkan dengan berbagai
pertimbangan mulai dari sisi kesiapan perserta didik. Tentu saja, harus
dilakukan secara bertahap, dimulai dari penggunaan hipotesis dan berfikir
abstrak yang sederhana, kemudian seiring dengan perkembangan kemampuan
berfikirnya dapat ditingkatkan dengan menggunakan hipotesis dan berfikir
abstrak yang lebih kompleks. Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan
konsepsi tersendiri bahwa pendekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen:
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Komponen-komponen tersebut seyogyanya
dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran