Ade Romadoni
Berdasarkan
artikel yang diterbitkan 27 November 2012 pada website BBC, Sistem pendidikan Indonesia menempati
peringkat terendah di dunia menurut tabel liga global yang diterbitkan oleh
firma pendidikan Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes internasional dan
data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada di posisi
terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu
Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di Asia, yaitu
Hong Kong, Jepang dan Singapura.
Melihat
dari sistem pendidikan yang berhasil,
studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting namun tidak
sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan biaya
adalah ukuran yang mudah tetapi yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat
terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.
Lalu
pertanyaannya sekarang adalah dimana
letak kesalahan tersebut?
Masalah
pendanaan, seperti adanya BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang sudah diterapkan saat ini
memang cukup membantu, akan tetapi perlu dicermati pula mengenai distribusi
serta sasaran dari pendanaan tersebut. Di wilayah-wilayah tertentu seorang
siswa (dari kalangan mana saja baik kaya maupun miskin) dapat terbebas dari
uang SPP dari SD Negeri hingga SMA Negeri, namun di wilayah-wilayah lain hal
tersebut masih belum dapat terlaksana. Masalah pendanaan pendidikan juga akan
berimbas langsung terhadap ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Hal
seperti ini lah yang dianggap penting tapi disepelekan dan berimbas pada sistem pendidikan yang semrawut.
Kemudian
permasalahan pelik lainnya adalalah Permasalahan Metode dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Metode yang digunakan sekarang ini nyatanya adalah guru aktif
menyuapi siswanya atau biasa dikatakan guru yang aktif tetapi siswanya pasif.
Pada teorinya sekarang ini adalah menerapkan student centered tetapi masih
belum berjalan dengan baik penerapannya. Jika hal ini terus terjadi pada sistem pendidikan di
Negara ini akan banyak anak-anak yang bersekolah tidak berkembang kreativitasnya, inovasi,
dan jiwa wirausahanya. Masalah penilaian yang tidak menerapkan nilai sikap juga mempengaruhi
siswa dan guru lebih terfokus pada nilai raport dan UN, sehingga nilai menjadi
segala-galanya di sistem pendidikan
Indonesia.
Referensi:
No comments:
Post a Comment