Ade Romadoni
Presiden
Jokowi telah mengumumkan jajaran kabinet dan nama-nama menteri yang akan
membantu dalam pemerintahannya beberapa hari yang lalu. Salah satu kementrian
yang baru adalah Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah terpisah
dengan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi. Anies Baswedan, Rektor
Universitas Paramadina sekaligus anggota dari Rumah Transisi Jokowi-Jk didaulat
sebagai menterinya. Melalui Kementerian baru ini muncul beberapa harapan akan
sistem pendidikan Indonesia sekaligus memunculkan pertanyaan : Sistem
pendidikan apakah yang diharapkan orang tua murid untuk anak-anak mereka?
Pendidikan seperti apa yang yang dibutuhkan negeri ini?
Jawabannya
sederhana, pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang memanusiakan
sesuai dengan umur anak didik tersebut. Lalu, apakah yang dimaksudkan dengan
memanusiakan? kalimat kerja yang mengajak kita untuk memperlakukan anak didik
secara substansial baik secara fisik maupun emotional/kejiwaan mereka. Salah
satunya dengan memfasilitasi aktivitas otak dan fisik yang dirancang
disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usia anak didik. Mengapa ini menjadi
penting? karena selama ini pendidikan Indonesia telah menjadikan anak didik
kita sebagai mahluk non-humanis. Mereka, anak didik kita, diperlakukan secara
tidak sadar sebagai mahluk mekanis yang senantiasa direcoki sistem pendidikan
sentralistik, kaku, ketat dan tidak dialogis.
Negeri
ini membutuhkan Pendidikan yang memanusiakan, yaitu sitem pendidikan yang paling
sesuai untuk pendidikan dasar dan menengah. Memanusiakan mengandung arti
penyadaran akan nilai manusia yang ada di setiap siswa didik. Penyelenggaraan
proses pendidikan adalah alat untuk menyediakan stimulasi sehingga otak
terlatih dan siap untuk menghadapi tantangan yang akan ditemui tiap anak didik
ini kelak. Sehingga proses belajar mengajar seharusnya berada dalam kondisi
menyenangkan, bebas dari ketakutan dan tekanan, keantusiasan dalam belajar.
Pada akhirnya, orang tua anak didik (bahkan semua pihak) hanyalah berharap
sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siapapun untuk belajar, dimana
anak didik masih bisa bermain, mengasah dan mengembangkan kreativitas mereka,
bersosialisasi dengan teman sebaya, menciptakan karakter yang empatik pada lingkungan
sekitar dan mempunyai kemampuan yang mampu memecahkan solusi dalam tahap-tahap
perkembangan hidupnya.
Kita
berharap mereka mau mendengar dan menandatangani kontrak politik untuk
mengembalikan arah diknas sesuai cita-cita Ki Hajar Dewantara bahwa setiap anak
itu istimewa, bagaikan bunga di taman. Tugas kita menumbuhkan setiap
keistimewaan itu, bukan menjejalkan materi pelajaran untuk dihafal jadi cobalah
memanusiakan manusia dalam sistem pendidikan saat ini.
No comments:
Post a Comment