Alimi
Pergantian
kurikulum di Indonesia yang semula menggunakan kurikulum KTSP diubah menjadi
kurikulum 2013, hal ini sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman, agar setiap
peraturan pendidikan bisa selalu menyesuaikan terhadap kemampuan dan kondisi
siswanya. Kurikulum 2013 rencananya akan mengurangi jumlah pelajaran. Pada
tingkat SD yang tadinya 10 mata pelajaran menjadi 6 sampai 8 pelajaran, tingkat
SMP dan SMA/K juga akan dikurangi. Pengurangan jumlah pelajaran ini diharapkan
akan membuat siswa lebih bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.
Pengurangan jumlah pelajaran di kurikulum 2013 akan diiringi dengan penambahan
jam pelajaran.
Diharapkan
dengan berkurangnya jumlah mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa, siswa
mampu untuk mengembangkan potensi lain di luar mata pelajaran tersebut. Bisa
berkaitan dengan keterampilan, extrakurikuler, maupun pendidikan karakter yang
nantinya akan dibebankan. Penambahan jumlah jam pelajaran dilakukan dengan
alasan, perubahan proses pembelajan dan proses penilaian. Proses pembelajaran
dalam kurikulum 2013 akan lebih menitik beratkan pada praktek, penilaian juga
akan lebih pada penilaian proses. Sehingga bukan hanya berorientasi pada hasil
akhir namun juga proses bagaimana siswa bisa menemukan solusi dari
pembelajarannya akan di pantau secara langsung oleh gurunya.
Namun
dibalik itu semua hal ini banyak mengundang pro kontra di tengah-tengah
masyarakat, terutama di kalangan orang tua murid. Karena secara otomatis siswa
akan berangkat sekolah lebih awal dan pulang sekolah lebih siang. Sebagai Contohnya,
jumlah jam pelajaran di tingkat SMP yang tadinya 32 jam menjadi 38 jam. Bisa di
bayangkan betapa lama siswa belajar di ruang kelas ataupun kegiatan tatap muka
dengan guru pembimbingnya.
Tentu
siswa akan mengalami kebosanan, kejenuhan, bahkan malas untuk belajar jika
seorang guru tidak mampu membuat suasana kelas yang nyaman dan kondusif untuk
belajar. Penambahan jam pelajaran ini juga di rasa sangat emberatkan karena
ketika seorang siswa pulang sekolah, rasa lelah yang mereka alami cukup besar
sehingga dirumah hanya mereka gunakan untuk istirahat bukan untuk belajar, jika
siswa tersebut tidak bisa memenege waktunya, berbeda jika sebaliknya. Sehingga
penerapan kurikulum 2013 juga harus mempertimbangkan banyak aspek agar tidak
hanya prestasi yang dicapai, namun juga kondisi siswa sebagai objek utama
pendidikan merasa terlayani dalam pendidikan, juga terfasilitasi dalam
pembelajaran sesuai dengan yang di harapkan oleh semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
No comments:
Post a Comment