Rohmat Muflikhul Huda
(1102413059)
Ketika kita berbicara Filosofi sepak bola, tentu kita
akan menemukan beberapa nilai yang terkandung dalam permainan ini. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa permainan sepakbola merupakan salah satu olahraga yang amat
digemari di seluruh planet ini. Mulai dari anak-anak, kaum remaja, hingga
dewasa semua berkumpul dan berbondong-bondong ketika mendengar tim
kesayangannya akan bertanding. Selain itu, sepak bola juga merupakan olahraga
yang mudah untuk dimainkan, tidak memerlukan banyak peralatan, hanya cukup 1
bola dan sepasang sepatu, atau bahkan tanpa sepatupun tidak masalah dan
permainan ini dapat dilakukan.
Pertanyaannya,
lalu apa hubungannya Pendidikan Karakter dengan Filososfi
sepak bola?. Jikaditanya seperti itu, alangkah baiknya kita menengok
mengenai aturan-aturan yang diberlakukan oleh FIFA (badan tertinggi
International yang berkaitan dengan sepak bola). FIFA secara jelas menerapkan
aturan yang simpel tapi mengikat semua pemain untuk tidak melanggarnya.
Contohnya, ketika seorang pemain sepak bola melakukan pelanggaran di dalam
lapangan pertandingan, maka wasit secara tegas akan memberi peringatan dengan
memberikan kartu kuning kepada pemain tersebut. Namun, ketika pemain tersebut
tidak dapat mengontrol lagi permainannya dan melakukan pelanggaran lagi, maka
tidak segan–segan wasit akan memberikannya kartu merah yang artinya dia
dikeluarkan dalam pertandingan tersebut.
Dari contoh
penerapan kartu kuning dan kartu merah tersebut, kita dapat melihat beberapa
nilai Pendidikan Karakter, seperti contohnya nilai kejujuran.
Jadi seorang pemain sepak bola harus berani mengakui kesalahnnya, dalam hal ini
ketika dirinya melakukan pelanggaran. Dia harus jujur, karena jika tidak dia
akan terkena imbasnya juga, seperti cibiran dari para penonton, dari komentator
dan mungkin juga dari jajaran staff pelatihnya. Selain sikap jujur, nilai Pendidikan
Karakter dari permainan sepakbola yaitu, berjiwa besar. Jelas
seorang pemain sepak bola harus memiliki jiwa besar untuk menerima semua hasil
yang nanti akan didapat. Contoh saja ketika sebuah tim A lolos ke babak final
dan diunggulkan untuk menjadi juaranya, akan tetapi ketika di final tim A
dikalahkan oleh tim B, alhasil tim A gagal meraih juara pada perhelatan
tersebut. Maka seluruh pemain dan jajaran staff pelatih harus berjiwa besar
untuk menerima kekalahan tersebut karena mungkin ajang ini belum rejekinya. Namun,
beberapa hal yang mungkin dapat menghancurkan nilai-nilai Pendidikan
Karakter tersebut adalah masalah kultur sepakbola dalam negeri kita. Kita
ketahui bersama, kultur budaya sepakbola di Indonesia lebih banyak mengandalkan
ego dan juga kekuasaan materi, dan hal ini secara jelas dapat menghancurkan Filosofi
Sepakbola yang didalamnya
terdapat beberapa nilai Pendidikan Karakter. Oleh sebab itu, ini
juga menjadi PR bagi kita semua untuk mulai menjalankan iklim kompetisi
sepakbola yang sehat, tanpa adanya hal-hal negatif yang dapat menghancurkan
nilai-nilai Karakter Sepakbola.
No comments:
Post a Comment